Kamis, 18 Juli 2013

Part 4 (Kelas akting)

Pertemuan terakhirku dengan Tae Hee tidak menghasilkan apa-apa, kecuali undangan untuk hadir di showcase promosi album perdananya. Kenapa dia mengundangku? Apa dia mulai tertarik padaku? Apa yang kupikirkan ini. Aku tidak boleh memikirkannya di saat seperti ini. Mungkin yang harus kulakukan adalah bersiap pergi ke kelas akting.

"Ha Na ssi, kalau kau terlambat lagi, jangan harap SooYoung ajumma akan memaafkanmu," ujar Yung Shin sebelum tangannya bergerak menyentuh kenop pintu. Yung shin sudah bersiap keluar sementara aku masih tiduran. Sementara sepuluh menit lagi kelas akting akan dimulai.

Terlambat, sejak kelas akting pertama kali aku sudah terlambat datang dan guru aktingku sangat baik hati memaafkanku. Ya, Jang Soo Young ajumma, perempuan berumur 40 tahun dan selalu tampak hebat dengan kaca mata tebalnya adalah gambaran dari guru kelas akting ideal yang dimilki YM Entertainment. Perempuan yang kupanggil ajumma itu terbiasa menatap tajam saat melihat murid didikannya tak memperhatikan. Mungkin karena itu Soo young ajumma tampak menakutkan bagi Yung Shin. Selain itu, guru aktingku itu sangat menyenangkan. Mungkin hanya aku yang menyukainya. Karena kehebatan aktingnya. Dia juga senior aktris yang memilki jam terbang tinggi.

"Kau akan menungguku?" tanyaku sambil bersiap secepat yang kubisa. Tapi tetap saja Yung Shin lebih dulu meninggalkanku. Mungkin dia tak mendengar pertanyaanku.

Akhirnya aku memutuskan untuk berangkat sendiri setelah bersiap-siap dengan penampilan yang sangat biasa saja. Aku memilki warna kulit seperti orang korea pada umumnya. jadi aku tak perlu banyak-banyak make up untuk memoles wajahku. Langkah kakiku terasa ringan berjalan, aku bahkan bahagia meski nanti dapat hukuman. Mungkin karena efek dapat undangan showcase dari Tae Hee. Entah kenapa aku merasa bahagia. Hingga aku berjalan ke gedung sebelah dorm sambil bernyanyi dan lagu yang kunyanyikan adalah lagu perdananya.

niga hal mal ara geu malmaneun mara
don't know why don't know why

Sampai aku sadar ada seseorang yang menepuk pundakku. Mungkin dia sudah mendengarkan suara cemprengku sejak tadi. Karena sejak keluar dari kamar lagu itu kunyanyikan tanpa jeda. 

"Kau suka lagunya?" tanyanya sambil meyejajarkan langkah kakinya. Jadi persis kini orang yang menepuk pundakku itu berada di sampingku. Tapi aku mengenal suara itu, akhirnya aku menatap ke arahnya. Aku benar-benar malu. Itu lagunya, lagu yang sering kudengar saat dia mulai intens latihan untuk debut solonya.

"Tae Hee ssi."

"Mau ke kelas akting, Ha Na ssi?" tanyanya, tentu saja aku ingin ke kelas akting. Tujuanku bisa sampai di sini adalah untuk belajar akting. Tapi apa yang terjad dengan lelaki di sampingku ini. Dia seperti bukan Lee Tae Hee yang kukenal. Tae Hee tersenyum ramah hingga tampak gigi putihnya, lekukan di pipnya membuatku tak jenuh menatapnya. Dan....

Aku harus berhenti berpikir tentangnya jika tidak ingin celaka.

Kali ini Tae Hee memakai baju kasual. Dia memakai baju berbahan kaos berwarna hitam dengan jeans senada. Badan tegapnya dan kaki panjangnya membuatku tampak pendek jika jalan bersamanya. Dia sangat perfect untuk ukuran idol korea. Dia tidak memiliki kesan kkot minam sama sekali melainkan, tetapi wajahnya manly, sangat lelaki dan aku menyukainya. 

"Jika kau terus menatapku seperti itu kita akan terlambat," ucapnya seketika aku tersadar dari imajinasiku tentangnya. Tunggu, dia menyebut kata 'kita', apakah dia juga akan mengikuti kelas akting? bersamaku?

"Tidak... Tidak," gumamku. 

"Apanya yang tidak, Ha Na ssi?"

"Bukan apa-apa," jawabku.

Pembicaraan ini aku hentikan dan kami berjalan dalam diam. Tapi aku merasa pipiku memanas dan kakiku serasa tak menyentuh tanah. Karena tiba-tiba tangannya menggandeng tangaku. Aku ingin bertanya kenapa tapi dia hanya berjalan tanpa bicara. Ya, tidak membiarkanku bicara adalah sebagian dari kesenangannya. Termasuk hari ini. Aku membiarkan tangannya menyentuh tanganku hingga kami tiba di kelas akting yang menjadi tujuan utamaku.

"Kau terlambat lagi, Ha Na ssi," ucap Sooyoung ajumma saat kami sampai di ruangannya. Apalagi tangan kami masih tergenggam, malah semakin erat genggamannya. Aku tak tahu alasan apa dia melakukannya.

"Bukan hanya aku yang terlambat, ajumma," jawabku yang seketika membuat mata guru aktingku menatap ke arah tangan kami yang masih tergenggam. Aku berusaha melepaskannya, tapi dia malah menarik tanganku sepertinya dia tak ingin melepasnya. Lalu bagaimana jika banyak yang tahu? Belum lama debut albumnya, jika dia membuat skandal bisa-bisa Kim Min Sook menguburnya hidup-hidup.

"Aku terlambat karena dia, Sooyoung noona," 

Terlambat karena aku? Tae Hee ssi, kau benar-benar membuatku celaka hari ini. Apalagi hukuman yang akan kuterima jika aku sudah mendapatkan kesialanku. Aku tak pernah tahu jika dia akan mengkuti kelas akting. Aku hanya berpikir lelaki itu akan pergi dari dorm ini setelah debut. Ya, mungkin dia akan tinggal di apartemen yang mewah. Bukan di dorm yang sesak. Jika aku sudah debut, aku juga akan meminta fasilitas. Tidak. Dia harus tetap di dorm ini sampai aku juga pergi dari sini. Mungkin aku hanya harus berpikir lelaki itu akan keluar dan akan kembali lagi.

"Hukuman kalian hari ini... baca skrip ini," ucap Sooyoung ajumma dan melihat ke arah kami plus memberikan lembaran skrip untuk kami berdua. 

"Ha Na, kau jadi Hyena dan kau Tae Hee, sebaiknya kau jadi Deuk Soo," sambungnya dan membuat mata kami membelalak ke arah guru aktingku yang super menyebalkan kali ini. Sekuat tenaga aku melepaskan genggaman tangan Tae Hee setelah dia puas menyalahkanku dan membuatku terkena hukuman karenanya. 

"Ajumma, kenapa aku dapat peran jahat, lihatlah. Hyena di sini adalah perempuan yang meninggalkan keluarganya hanya untuk mendapatkan mimpinya. Dia juga memutuskan Deuk soo sepihak," aku menjelaskan panjang lebar bahwa aku menolak peran yang menyimpang dariku. 

Deuk Soo, bukankah ini peran untuk Tae Hee. Aku benar-benar lupa kalau hanya bersama Deuk soo berarti aku harus bersikap jahat pada lelaki itu. Aku mulai menelit peranku lagi. Ada adegan yang tak bisa kulakukan, jika aku melakukannya bagaimana pandangan orang lain terhadapku dan mungkin Tae Hee akan membenciku.

Aku menatap Tae Hee dan memberikan isyarat lewat kedipan mataku, hanya sekedar meminta persetujuannya untuk melakukan adegan yang tak kuinginkan ini. Setelah aku melihatnya mengangguk tanganku mulai bergerak secara perlahan, aku mulai menutup mataku dan...

Plakkkk!!

"Aku tidak mencintaimu, Deuk soo ssi, itu adalah alasan kenapa aku selingkuh, aku menamparmu untuk menunjukkan bahwa aku tak lagi mencintaimu" 

Adegan tamparanku selesai dan aku masih menutup mata, tapi aku lupa membaca adegan apa yang akan dimainkan Tae Hee, sampai kurasakan kecupan bibirnya terasa hangat di pipi kananku. Ya, aku ingat. Sebelumnya dia pernah mencium pipiku. Tapi saat itu kami hanya berdua, sedangkan sekarang ada sekitar sepuluh orang yang melihat kami. Pipiku seketika memanas, jantungku berdebar tak beraturan. Kakiku terasa melayang. Apa yang kupikirkan ini? 

"Tapi aku mencintaimu, jagiya."

"Mianhae, aku harus pergi."

Jagiya? kenapa panggilan itu terasa menyenangkan. Aku juga menyukainya. Apalagi diucapkan oleh suara baritonnya Tae Hee. Lagi-lagi aku meneliti wajahnya. Ingin melihat ekspresi berbdanya. Saat bernyanyi lelaki itu tampak dewasa. Apalagi ketika memakai kemeja dan jas dengan warna senada. Rasanya dia seperti seorang malaikat yang tercipta untukku. 

"Ha Na ssi, apa yang kau lihat? Kau menyukaiku?" 

"Menyukaimu? Tidak sama sekali, aku hanya... sudahlah, aku izin saja tidak mengikuti kelas ini. Maafkan aku, ajumma," ucapku pada guru aktingku. Tanpa menunggu responnya, aku keluar dari kelas akting.

Mungkin aku perlu pergi ke mana saja agar aku tidak pernah memikirkan Lee Tae Hee yang semakin menyebalkan. Seharusnya aku memanggilnya 'initial L' atau L saja karena sekarang nama panggungnya satu kata itu. Aku kembali lagi ke asrama. Meski di sini aku hanya ingin memperdalam aktingku, tapi aku juga mendapatkan pelajaran vokal dan menari. Belum lagi harus mendapatkan pelajaran bahasa inggris yang bagiku sangat menyebalkan. Bahasa asing sejak lama tak kusukai. Mungkin aku harus membolos kalau pelajaran itu ada.

Jagiya, lagi-lagi aku mengingatnya. Jagiya itu sebutan untuk seorang pacar dan kenapa dia memanggilku jagiya?

"Ada di skrip itu, kau tak membacanya?" tiba-tiba suara Tae Hee terdengar saat aku memikirkan pangglan jagyanya. Ada di skrip, harusnya aku tahu kalau tadi dia berperan sebagai Deuk soo yang tiba-tiba memberikan ciumannya. Kau tahu rasanya aku meleleh. Dia lelaki pertama yang menciumku.

"Kenapa kau mengikutiku?" tanyaku padanya.

"Tadi Sooyoung noona bilang, akting kita bagus. Jadinya aku juga disuruh kembali dulu," jelasnya.

"Kapan showcase promosimu?" tanyaku padanya, dia hanya mengundangku ke perhelatan besarnya. Tapi tak memberi kabar waktunya. Memang terlalu cepat, pihak YM juga belum memberi kepastian showcase itu. Karena beberapa bulan ini YM masih sibuk dengan persiapan showcase dan konser beberapa girlband dan boyband keluara YM.

Aku merasa jadwal untuk Tae Hee akan sedikit terlambat. Kecuali lelaki itu sudah mendapatkan kabar dari pihak YM. Showcase adalah konser perdana yang harus dilakukan pradebut. Tujuannya adalah untuk melhat seberapa antusias warga korea dengan lagu-lagu yang dinyanyikan Tae Hee, dengan melihat berapa penjualan tiketnya, berapa yang hadir di showcase itu. Tapi selain promosi melalui acara itu. Televisi besar korea juga mendukung penuh dan memiliki channel musik tersendiri. Belum lagi melalui media jejaring sosial, youtube dan sebagainya dari situ juga bisa mendatangkan keuntungan besar untuk agensi yang membawahinya.

"Dua bulan lagi."

"Oh, aku pasti akan datang ke showcasemu."

"Bagaimana kalau besok kita jalan-jalan, kau ada waktu?" ajaknya dan seketika membuatku berhenti berjalan. Karena tadinya aku sudah ingin mengurung diri di kamar. Aku sudah mempermalukan diriku sendiri karena ulahku tadi.

"Baiklah," ucapku setuju dengan usulnya. Lalu aku meneruskan langkahku untuk pergi ke kamar. Semoga saja mereka mengert bahwa yang dilakukan Tae Hee tadi cuma akting dan tak mempermasalahkannya. Belum lagi pertanyaan Tae Hee tadi yang aku yakin itu tidak ada di skrip.

Apakah aku menyukainya? Tidak. Aku tidak menyukainya. Aku hanya suka mrelihatnya tersenyum karena saat dia tersenyum terlihat lekukan di kedua pipinya, aku hanya suka mendengarkannya ketika memanggilku jagiya dan aku... hanya mengagumi suaranya dan kesimpulannya aku tidak menyukainya. Mungkin lelaki itu tercipta dengan rasa GR yang berlebiha sehingga dia menyangka aku menyukainya.

***
"Kau menyukai L, Ha Na ssi?" tanya Yung shin malam ini. Setiap malam aku selalu menyempatkan untuk mengobrol dengan teman sekamarku. Lebih tepatnya sebelum kami berdua tertidur.

Malam hari adalah waktu yang tepat untuk membicarakan banyak hal. Meski lampu dorm sudah dimatikan tapi kamarku masih terang karena salah satu dari kami belum ada yang tertidur. Yung Shin terbiasa mempelajari skripnya pada malam hari karena siangnya kami masih harus latihan vokal dan belajar bahasa inggris. Jadi selama ada waktu yang tersisa kami sempatkan untuk saling bicara.

"Apa aku terlihat menyukainya?" tanyaku kembali.

Aku memang tidak menyukai lelaki itu. Hanya mengaguminya dan itu jauh dari kata menyukai. L adalah nama panggung Lee Tae Hee dan Yung Shin lebih terbiasa dengan panggilan itu. Sedangkan aku lebih suka dengan nama Tae Hee, aku merasa nama itu sudah cukup menggambarkan kepribadiannya.

"Aku harap jangan, karena bisa merusak karirnya. Dia belum lama debut, aku harap yang tadi hanya akting," ucap Yung shin.

Entah kenapa aku merasa sedih. Ya, cinta bisa merusak karir seseorang. Apalagi YM Entertainment jelas sudah membuat aturan untuk para murid didikannya. Berpacaran di saat debut karirnya akan menghancurkan karirnya. Belum lagi seorang penyanyi sangat disoroti oleh media.

Mungkin aku juga harus berpikir bahwa kejadian di kelas tadi hanya akting, dia menggandeng tanganku hanya akting, dia mencium pipiku hanya akting bahkan ketika dia mengajakku jalan berdua hanya akting. Mungkin dunia nyataku berbalik menjadi sebuah fiksi yang tak lagi nyata. Karena aku sendiri tak mampu membedakannya. Fiksi dan nyata bercampur dan seirama.

Tadinya aku belajar akting bukan untuk merubah kehidupan nyataku yang tadinya baik menjadi buruk. Tapi keinginan besar untuk bisa bermain drama dengan aktor papan atas korea. Karena itu adalah motivasi terbesarku. Dulu, aku dbuat meleleh oleh aktor Joo Won, nama yang sekarang tenar sekali karena aktor itu membintangi beberapa drama dengan rating tinggi. Ya, dia adalah motivasiku. Aku ingin seperti dia dan bermain dalam satu drama dengannya.

"Iya, kejadian tadi hanya akting, kau percaya kan?"

"Iya, aku percaya padamu," jawab Yung Shin sambil mematikan lampu kamar.

Yung shin sudah tertidur sementara aku memikirkan ajakan Tae Hee besok. Kalau ini fiksi, aku harus segera pulang ke dunia nyata. Mungkin aku harus membuka mata lebih lebar karena jika kita terlibat bersama-sama lagi bisa-bisa akan terjadi skandal yang lebih heboh. Hukumannya mungkin tidak hanya berakting tapi lebih dari itu. Apalagi jika sudah menyangkut kehidupan Tae Hee yang karirnya mula memuncak.

Aku dan dia, kami mungkin hanya sebuah cerita fiksi, pikirku. Lalu aku tertidur sambil menyiapkan penolakan untuknya jika bertemu lelaki itu esok hari. (*)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar