Kamis, 18 Juli 2013

Part 4 (Kelas akting)

Pertemuan terakhirku dengan Tae Hee tidak menghasilkan apa-apa, kecuali undangan untuk hadir di showcase promosi album perdananya. Kenapa dia mengundangku? Apa dia mulai tertarik padaku? Apa yang kupikirkan ini. Aku tidak boleh memikirkannya di saat seperti ini. Mungkin yang harus kulakukan adalah bersiap pergi ke kelas akting.

"Ha Na ssi, kalau kau terlambat lagi, jangan harap SooYoung ajumma akan memaafkanmu," ujar Yung Shin sebelum tangannya bergerak menyentuh kenop pintu. Yung shin sudah bersiap keluar sementara aku masih tiduran. Sementara sepuluh menit lagi kelas akting akan dimulai.

Terlambat, sejak kelas akting pertama kali aku sudah terlambat datang dan guru aktingku sangat baik hati memaafkanku. Ya, Jang Soo Young ajumma, perempuan berumur 40 tahun dan selalu tampak hebat dengan kaca mata tebalnya adalah gambaran dari guru kelas akting ideal yang dimilki YM Entertainment. Perempuan yang kupanggil ajumma itu terbiasa menatap tajam saat melihat murid didikannya tak memperhatikan. Mungkin karena itu Soo young ajumma tampak menakutkan bagi Yung Shin. Selain itu, guru aktingku itu sangat menyenangkan. Mungkin hanya aku yang menyukainya. Karena kehebatan aktingnya. Dia juga senior aktris yang memilki jam terbang tinggi.

"Kau akan menungguku?" tanyaku sambil bersiap secepat yang kubisa. Tapi tetap saja Yung Shin lebih dulu meninggalkanku. Mungkin dia tak mendengar pertanyaanku.

Akhirnya aku memutuskan untuk berangkat sendiri setelah bersiap-siap dengan penampilan yang sangat biasa saja. Aku memilki warna kulit seperti orang korea pada umumnya. jadi aku tak perlu banyak-banyak make up untuk memoles wajahku. Langkah kakiku terasa ringan berjalan, aku bahkan bahagia meski nanti dapat hukuman. Mungkin karena efek dapat undangan showcase dari Tae Hee. Entah kenapa aku merasa bahagia. Hingga aku berjalan ke gedung sebelah dorm sambil bernyanyi dan lagu yang kunyanyikan adalah lagu perdananya.

niga hal mal ara geu malmaneun mara
don't know why don't know why

Sampai aku sadar ada seseorang yang menepuk pundakku. Mungkin dia sudah mendengarkan suara cemprengku sejak tadi. Karena sejak keluar dari kamar lagu itu kunyanyikan tanpa jeda. 

"Kau suka lagunya?" tanyanya sambil meyejajarkan langkah kakinya. Jadi persis kini orang yang menepuk pundakku itu berada di sampingku. Tapi aku mengenal suara itu, akhirnya aku menatap ke arahnya. Aku benar-benar malu. Itu lagunya, lagu yang sering kudengar saat dia mulai intens latihan untuk debut solonya.

"Tae Hee ssi."

"Mau ke kelas akting, Ha Na ssi?" tanyanya, tentu saja aku ingin ke kelas akting. Tujuanku bisa sampai di sini adalah untuk belajar akting. Tapi apa yang terjad dengan lelaki di sampingku ini. Dia seperti bukan Lee Tae Hee yang kukenal. Tae Hee tersenyum ramah hingga tampak gigi putihnya, lekukan di pipnya membuatku tak jenuh menatapnya. Dan....

Aku harus berhenti berpikir tentangnya jika tidak ingin celaka.

Kali ini Tae Hee memakai baju kasual. Dia memakai baju berbahan kaos berwarna hitam dengan jeans senada. Badan tegapnya dan kaki panjangnya membuatku tampak pendek jika jalan bersamanya. Dia sangat perfect untuk ukuran idol korea. Dia tidak memiliki kesan kkot minam sama sekali melainkan, tetapi wajahnya manly, sangat lelaki dan aku menyukainya. 

"Jika kau terus menatapku seperti itu kita akan terlambat," ucapnya seketika aku tersadar dari imajinasiku tentangnya. Tunggu, dia menyebut kata 'kita', apakah dia juga akan mengikuti kelas akting? bersamaku?

"Tidak... Tidak," gumamku. 

"Apanya yang tidak, Ha Na ssi?"

"Bukan apa-apa," jawabku.

Pembicaraan ini aku hentikan dan kami berjalan dalam diam. Tapi aku merasa pipiku memanas dan kakiku serasa tak menyentuh tanah. Karena tiba-tiba tangannya menggandeng tangaku. Aku ingin bertanya kenapa tapi dia hanya berjalan tanpa bicara. Ya, tidak membiarkanku bicara adalah sebagian dari kesenangannya. Termasuk hari ini. Aku membiarkan tangannya menyentuh tanganku hingga kami tiba di kelas akting yang menjadi tujuan utamaku.

"Kau terlambat lagi, Ha Na ssi," ucap Sooyoung ajumma saat kami sampai di ruangannya. Apalagi tangan kami masih tergenggam, malah semakin erat genggamannya. Aku tak tahu alasan apa dia melakukannya.

"Bukan hanya aku yang terlambat, ajumma," jawabku yang seketika membuat mata guru aktingku menatap ke arah tangan kami yang masih tergenggam. Aku berusaha melepaskannya, tapi dia malah menarik tanganku sepertinya dia tak ingin melepasnya. Lalu bagaimana jika banyak yang tahu? Belum lama debut albumnya, jika dia membuat skandal bisa-bisa Kim Min Sook menguburnya hidup-hidup.

"Aku terlambat karena dia, Sooyoung noona," 

Terlambat karena aku? Tae Hee ssi, kau benar-benar membuatku celaka hari ini. Apalagi hukuman yang akan kuterima jika aku sudah mendapatkan kesialanku. Aku tak pernah tahu jika dia akan mengkuti kelas akting. Aku hanya berpikir lelaki itu akan pergi dari dorm ini setelah debut. Ya, mungkin dia akan tinggal di apartemen yang mewah. Bukan di dorm yang sesak. Jika aku sudah debut, aku juga akan meminta fasilitas. Tidak. Dia harus tetap di dorm ini sampai aku juga pergi dari sini. Mungkin aku hanya harus berpikir lelaki itu akan keluar dan akan kembali lagi.

"Hukuman kalian hari ini... baca skrip ini," ucap Sooyoung ajumma dan melihat ke arah kami plus memberikan lembaran skrip untuk kami berdua. 

"Ha Na, kau jadi Hyena dan kau Tae Hee, sebaiknya kau jadi Deuk Soo," sambungnya dan membuat mata kami membelalak ke arah guru aktingku yang super menyebalkan kali ini. Sekuat tenaga aku melepaskan genggaman tangan Tae Hee setelah dia puas menyalahkanku dan membuatku terkena hukuman karenanya. 

"Ajumma, kenapa aku dapat peran jahat, lihatlah. Hyena di sini adalah perempuan yang meninggalkan keluarganya hanya untuk mendapatkan mimpinya. Dia juga memutuskan Deuk soo sepihak," aku menjelaskan panjang lebar bahwa aku menolak peran yang menyimpang dariku. 

Deuk Soo, bukankah ini peran untuk Tae Hee. Aku benar-benar lupa kalau hanya bersama Deuk soo berarti aku harus bersikap jahat pada lelaki itu. Aku mulai menelit peranku lagi. Ada adegan yang tak bisa kulakukan, jika aku melakukannya bagaimana pandangan orang lain terhadapku dan mungkin Tae Hee akan membenciku.

Aku menatap Tae Hee dan memberikan isyarat lewat kedipan mataku, hanya sekedar meminta persetujuannya untuk melakukan adegan yang tak kuinginkan ini. Setelah aku melihatnya mengangguk tanganku mulai bergerak secara perlahan, aku mulai menutup mataku dan...

Plakkkk!!

"Aku tidak mencintaimu, Deuk soo ssi, itu adalah alasan kenapa aku selingkuh, aku menamparmu untuk menunjukkan bahwa aku tak lagi mencintaimu" 

Adegan tamparanku selesai dan aku masih menutup mata, tapi aku lupa membaca adegan apa yang akan dimainkan Tae Hee, sampai kurasakan kecupan bibirnya terasa hangat di pipi kananku. Ya, aku ingat. Sebelumnya dia pernah mencium pipiku. Tapi saat itu kami hanya berdua, sedangkan sekarang ada sekitar sepuluh orang yang melihat kami. Pipiku seketika memanas, jantungku berdebar tak beraturan. Kakiku terasa melayang. Apa yang kupikirkan ini? 

"Tapi aku mencintaimu, jagiya."

"Mianhae, aku harus pergi."

Jagiya? kenapa panggilan itu terasa menyenangkan. Aku juga menyukainya. Apalagi diucapkan oleh suara baritonnya Tae Hee. Lagi-lagi aku meneliti wajahnya. Ingin melihat ekspresi berbdanya. Saat bernyanyi lelaki itu tampak dewasa. Apalagi ketika memakai kemeja dan jas dengan warna senada. Rasanya dia seperti seorang malaikat yang tercipta untukku. 

"Ha Na ssi, apa yang kau lihat? Kau menyukaiku?" 

"Menyukaimu? Tidak sama sekali, aku hanya... sudahlah, aku izin saja tidak mengikuti kelas ini. Maafkan aku, ajumma," ucapku pada guru aktingku. Tanpa menunggu responnya, aku keluar dari kelas akting.

Mungkin aku perlu pergi ke mana saja agar aku tidak pernah memikirkan Lee Tae Hee yang semakin menyebalkan. Seharusnya aku memanggilnya 'initial L' atau L saja karena sekarang nama panggungnya satu kata itu. Aku kembali lagi ke asrama. Meski di sini aku hanya ingin memperdalam aktingku, tapi aku juga mendapatkan pelajaran vokal dan menari. Belum lagi harus mendapatkan pelajaran bahasa inggris yang bagiku sangat menyebalkan. Bahasa asing sejak lama tak kusukai. Mungkin aku harus membolos kalau pelajaran itu ada.

Jagiya, lagi-lagi aku mengingatnya. Jagiya itu sebutan untuk seorang pacar dan kenapa dia memanggilku jagiya?

"Ada di skrip itu, kau tak membacanya?" tiba-tiba suara Tae Hee terdengar saat aku memikirkan pangglan jagyanya. Ada di skrip, harusnya aku tahu kalau tadi dia berperan sebagai Deuk soo yang tiba-tiba memberikan ciumannya. Kau tahu rasanya aku meleleh. Dia lelaki pertama yang menciumku.

"Kenapa kau mengikutiku?" tanyaku padanya.

"Tadi Sooyoung noona bilang, akting kita bagus. Jadinya aku juga disuruh kembali dulu," jelasnya.

"Kapan showcase promosimu?" tanyaku padanya, dia hanya mengundangku ke perhelatan besarnya. Tapi tak memberi kabar waktunya. Memang terlalu cepat, pihak YM juga belum memberi kepastian showcase itu. Karena beberapa bulan ini YM masih sibuk dengan persiapan showcase dan konser beberapa girlband dan boyband keluara YM.

Aku merasa jadwal untuk Tae Hee akan sedikit terlambat. Kecuali lelaki itu sudah mendapatkan kabar dari pihak YM. Showcase adalah konser perdana yang harus dilakukan pradebut. Tujuannya adalah untuk melhat seberapa antusias warga korea dengan lagu-lagu yang dinyanyikan Tae Hee, dengan melihat berapa penjualan tiketnya, berapa yang hadir di showcase itu. Tapi selain promosi melalui acara itu. Televisi besar korea juga mendukung penuh dan memiliki channel musik tersendiri. Belum lagi melalui media jejaring sosial, youtube dan sebagainya dari situ juga bisa mendatangkan keuntungan besar untuk agensi yang membawahinya.

"Dua bulan lagi."

"Oh, aku pasti akan datang ke showcasemu."

"Bagaimana kalau besok kita jalan-jalan, kau ada waktu?" ajaknya dan seketika membuatku berhenti berjalan. Karena tadinya aku sudah ingin mengurung diri di kamar. Aku sudah mempermalukan diriku sendiri karena ulahku tadi.

"Baiklah," ucapku setuju dengan usulnya. Lalu aku meneruskan langkahku untuk pergi ke kamar. Semoga saja mereka mengert bahwa yang dilakukan Tae Hee tadi cuma akting dan tak mempermasalahkannya. Belum lagi pertanyaan Tae Hee tadi yang aku yakin itu tidak ada di skrip.

Apakah aku menyukainya? Tidak. Aku tidak menyukainya. Aku hanya suka mrelihatnya tersenyum karena saat dia tersenyum terlihat lekukan di kedua pipinya, aku hanya suka mendengarkannya ketika memanggilku jagiya dan aku... hanya mengagumi suaranya dan kesimpulannya aku tidak menyukainya. Mungkin lelaki itu tercipta dengan rasa GR yang berlebiha sehingga dia menyangka aku menyukainya.

***
"Kau menyukai L, Ha Na ssi?" tanya Yung shin malam ini. Setiap malam aku selalu menyempatkan untuk mengobrol dengan teman sekamarku. Lebih tepatnya sebelum kami berdua tertidur.

Malam hari adalah waktu yang tepat untuk membicarakan banyak hal. Meski lampu dorm sudah dimatikan tapi kamarku masih terang karena salah satu dari kami belum ada yang tertidur. Yung Shin terbiasa mempelajari skripnya pada malam hari karena siangnya kami masih harus latihan vokal dan belajar bahasa inggris. Jadi selama ada waktu yang tersisa kami sempatkan untuk saling bicara.

"Apa aku terlihat menyukainya?" tanyaku kembali.

Aku memang tidak menyukai lelaki itu. Hanya mengaguminya dan itu jauh dari kata menyukai. L adalah nama panggung Lee Tae Hee dan Yung Shin lebih terbiasa dengan panggilan itu. Sedangkan aku lebih suka dengan nama Tae Hee, aku merasa nama itu sudah cukup menggambarkan kepribadiannya.

"Aku harap jangan, karena bisa merusak karirnya. Dia belum lama debut, aku harap yang tadi hanya akting," ucap Yung shin.

Entah kenapa aku merasa sedih. Ya, cinta bisa merusak karir seseorang. Apalagi YM Entertainment jelas sudah membuat aturan untuk para murid didikannya. Berpacaran di saat debut karirnya akan menghancurkan karirnya. Belum lagi seorang penyanyi sangat disoroti oleh media.

Mungkin aku juga harus berpikir bahwa kejadian di kelas tadi hanya akting, dia menggandeng tanganku hanya akting, dia mencium pipiku hanya akting bahkan ketika dia mengajakku jalan berdua hanya akting. Mungkin dunia nyataku berbalik menjadi sebuah fiksi yang tak lagi nyata. Karena aku sendiri tak mampu membedakannya. Fiksi dan nyata bercampur dan seirama.

Tadinya aku belajar akting bukan untuk merubah kehidupan nyataku yang tadinya baik menjadi buruk. Tapi keinginan besar untuk bisa bermain drama dengan aktor papan atas korea. Karena itu adalah motivasi terbesarku. Dulu, aku dbuat meleleh oleh aktor Joo Won, nama yang sekarang tenar sekali karena aktor itu membintangi beberapa drama dengan rating tinggi. Ya, dia adalah motivasiku. Aku ingin seperti dia dan bermain dalam satu drama dengannya.

"Iya, kejadian tadi hanya akting, kau percaya kan?"

"Iya, aku percaya padamu," jawab Yung Shin sambil mematikan lampu kamar.

Yung shin sudah tertidur sementara aku memikirkan ajakan Tae Hee besok. Kalau ini fiksi, aku harus segera pulang ke dunia nyata. Mungkin aku harus membuka mata lebih lebar karena jika kita terlibat bersama-sama lagi bisa-bisa akan terjadi skandal yang lebih heboh. Hukumannya mungkin tidak hanya berakting tapi lebih dari itu. Apalagi jika sudah menyangkut kehidupan Tae Hee yang karirnya mula memuncak.

Aku dan dia, kami mungkin hanya sebuah cerita fiksi, pikirku. Lalu aku tertidur sambil menyiapkan penolakan untuknya jika bertemu lelaki itu esok hari. (*)








Part 3 (Idola Baru)

"Kenapa kau mengira aku akan pergi. Apa kau benar-benar ingin aku pergi?" ucap lelaki itu. Tangannya masih melingkar di perutku. Dia masih memelukku dari belakang. 

"Ani, aku ingin kau tetap bersamaku," jawabku akhirnya. 

Perlahan aku menatap ke arahnya. Meneliti gurat-gurat di wajahnya. Mengamati kedua lesung pipitnya yang menambah senyum manisnya. Dan aku memeluknya.

"Jangan pernah pergi dariku."

***
"Ha Na ssi, kau mimpi apa. Kenapa kau senyum-senyum sendiri?" tanya Yung Shin yang membuatku terbangun. 

Mimpi? Aku bermimpi tentang Lee Tae Hee dan wajahnya sekarang semakin jelas. Dan aku bahagia, meskipun hanya mimpi. Rasanya aku memiliki kisah cinta yang sempurna.

Dua minggu ini memang aku sering sekali melihat seberapa intensnya dia latihan untuk karier solonya. Aku hanya memandangnya dari belakang pintu kaca dan kadang mendengarkan suaranya. Dia adalah penyanyi ballad yang akan tampil di televisi hari ini. Debut solonya telah dimulai. Performance pertamanya di Sbs inkigayo dan mbc music core. Single promosi dan albumnya akan segera keluar. Mungkin hari ini lelaki itu tak akan di sini lagi.

Aku tak akan bertemu dengannya lagi setelah hari ini. Hari ini akan menjadi hari sibuknya. Dia memang masih menjadi idola baru. Tapi jika keluaran YM Ent sangat cepat melejitnya. Seperti roket yang terbang ke angkasa. Tak akan mudah kembali menjadi Tae Hee yang sekarang. Karena untuk sampai ke hari ini banyak perjuangan.

Aku berjalan menuju tempat latihan vokal dengan mood yang buruk. Aku ingin mengingat kenangan burukku bersama lelaki egois itu. Saat aku ditahan untuk menemaninya dan suara ketusnya. Kenapa semua itu tak hilang dari pikiranku?

"Kau mau melihatku di studio?" tiba-tiba aku mendengar suara seseorang.

Posisiku dan dirinya kini terbalik. Aku duduk di depan piano dan hampir menyentuhnya dan dia membelakangiku. Mungkin dia akan bersiap-siap berangkat ke studio raksasa di korea. Hanya saja masih disempatkan ke ruangan ini.

"Tidak. Aku akan menontonmu di tivi saja," jawabku.

"Kalau begitu. Aku berangkat dulu."

"Chakaman gidaryo," ucapku menahan langkahnya. Entah kenapa. Tapi aku ingin menahan langkahnya.

"Kau tak berhak menahanku. Aku yang punya hak menahanmu di sini," jawabnya dingin.

Lelaki itu semakin menghancurkan suasana hatiku. Dia hanya bisa bersikap baik padaku dalam waktu satu menit. Menit selanjutnya dia sudah kembali ke sifat aslinya. Aku menahannya karena ingin bertanya apakah setelah ini dia akan pindah. Menggunakan fasilitas yang diberikan YM Ent pasca debutnya. Jika dia menggunakannya kemungkinan besar akan pindah. 

Aku tak jadi bicara. Dia juga meninggalkanku dengan suasana hati yang semakin buruk. Aku benar-benar tak akan menontonnya kecuali pembawa acaranya aktor yang kusuka. 

Akhirnya aku kembali ke kamar dan melupakan banyak hal yang ingin kulakukan. Dan aku yakin sebentar lagi semua orang akan keluar untuk merayakan pesta debutnya. Ini benar-benar menyebalkan. Aku tak akan datang karena aku begitu membencinya.

***
"Ha Na, pembawa acaranya aktor pujaanmu tuh," ucap Yung Shin mengagetkanku. Tadinya aku benar-benar tak mau menontonnya. Tapi karena ini gelaran musiknya Kbs aku jadi mau tak mau menontonnya. Aktor favoritku terikat kontrak dengan channel raksasa itu. Aku bahkan hanya bisa menonton acara variety shownya di channel yang sama.

Ini debut pertamanya Lee Tae Hee, dia bahkan tak punya nama stage yang lebih bagus dari itu. Meski begitu penduduk korea tetap menantinya. Hanya karena dia berasal dari YM Ent. Sebelum debut sudah banyak sekali komentar-komentar positif tentangnya. Karena pihak agensi sering memunculkan kode-kode tentangnya, poster tubuhnya yang tegap dan berisi, kadang telanjang dada, judul lagu hitsnya tapi lebih dari itu tak ada seorang pun di luar sana yang tahu wajahnya.

Di korea banyak sekali acara musik, konser yang mendukung dan mendulang keuangan negara. Mungkin sebentar lagi Tae Hee akan mengadakan konser tunggalnya. Tinggal menunggu waktu saja. Para produser drama, reality show, talk show dan variety show akan mengundangnya. Dia tak akan memiliki waktu lagi untuk memejamkan mata.

Segera setelah mendengar kabar tentang Lee Tae Hee di channel raksasa itu, aku berlari ke ruang bawah. Di sana ada layar 36 inci yang digunakan sebagai media informasi. Selain itu juga menayangkan konser-konser dan acara TV keluaran agensi yang kunaungi sekarang. Banyak sekali yang penasaran dengan performance pertamanya. Saat ini juga aku baru tahu kalau nama stagenya adalah 'Initial L', padahal aku mengira dia masih menggunakan nama originalnya.

Aku terpukau mendengar lagunya. Lagu ballad yang diiringi piano itu membuatku tak bisa mengalihkan perhatian. Tae Hee memakai kemeja rapi saat tampil di sana. Senyumnya mengembang seolah dia puas dengan hasil kerjanya selama ini. Sementara aku memandang hampa. Entah kenapa ada rasa takut seandainya suatu saat dia akan pergi. Dia hanya lelaki yang menghiasi mimpiku, tapi aku tak ingin kehilangannya.

"Ha Na ssi, acaranya sudah selesai," ucap Yung Shin yang seketika membuatku tersadar dari lamunanku.

"Sepertinya dia akan keluar dari asrama ini," ucapnya lagi seolah Yung Shin juga tak menginginkan hal itu terjadi.

Aku merasa ada yang terlupakan tentang Lee Tae Hee, dia belum tahu namaku. Kami tak pernah berkenalan sebelumnya. Aku dan dia hanya berbicara karena insiden-insiden kecil yang tak diharapkan. Bertemu secara kebetulan seolah semua itu sudah direncanakan. Dia tak pernah menanyakan namaku dan ketika aku bertanya namanya, dia menghindari pertanyaan itu. Mungkin entah kapan kami akan berjabat tangan untuk mengenal diri masing-masing. Butuh waktu untuk memberi rasa aman sebelum sebuah nama disebutkan. Meskipun aku tahu namanya  karena karier solonya dimulai, tapi jelas berbeda ketika kita memulai sendiri perkenalan itu.

Malam semakin larut, secara tidak sadar aku menunggu Tae Hee. Sejak tadi aku menungguinya di ruang vokal. Ruang yang menghubungkanku dengan dirinya. Aku memainkan piano dengan kemampuan terburukku, meski begitu aku menikmatinya. 

"Tidak buruk untuk calon aktris sepertimu." Tae Hee tiba-tiba muncul dengan suara tepuk tangannya dan komentar tentangku.

Aku berdiri menatapnya. Entah apa yang kurasakan, tapi aku merasa ia juga memandangku. Mungkin kami saling tatap dan merasakan sesuatu yang lain. Aku segera menunduk, bahkan lensa kontaknya mampu membuatku beku dengan tatapan itu. 

"Chukkae," ucapku ingin mencairkan suasana yang kian beku di ruangan ini. 

Tak ada jawaban darinya. Akhirnya kulangkahkan kaki untuk melangkah keluar dari ruang yang semakin sempit ini. Entah hanya perasaanku saja tapi ruang belajar vokal ini membuatku sesak. Mungkin banyak hal yang berkecamuk yang kupikirkan.

Sebelum aku berjalan ke pintu. Aku merasakan tangannya memegang lenganku. Dia menahanku agar tak pergi. Tanpa bicara dan aku bertanya-tanya apa yang akan dilakukannya. Detik ini juga terjawab dia memelukku, bukan. Dia terlihat lelah dan tertidur dalam pelukanku. Entah kenapa aku menyukai semua ini.

"Tae Hee ssi, tidurlah di kamarmu." Aku berusaha membangunkannya.

"Hanya 10 menit."

Tae Hee menepati janjinya. Dia benar-benar menjauh setelah 10 menit tertidur di lenganku. Tapi entah kenapa, aku masih mengejarnya. Sepertinya masih ada yang tertinggal. Pembicaraanku belum selesai dan aku ingin menyelesaikannya.

"Kau ingin main ke kamarku, bukankah agensi kita melarang pacaran. Bagaimana kalau hubungan kita menciptakan skandal?"

Tae Hee terus berjalan sambil bertanya padaku. Sementara aku tak menjawabnya. Siapa yang ingin ke kamarnya? Aku lebih ingin menghentikannya daripada mengikutinya ke kamar. Tapi lelaki menyebalkan itu terus berjalan ke arah selatan lantai 2 dan arah itu adalah untuk area cowok dan aku sudah melewati deretan kamar cowok. Tae Hee masih belum berhenti.

"Tae Hee ssi, berhentilah!" seruku akhirnya. Lelaki itu benar-benar berhenti. Tapi tangannya memegang ujung kenop pintu di sampingnya. 

"Hamboman, aku cuma ingin bertanya. Apa kau akan pindah?" tanyaku akhirnya.

Menurut prediksiku, dia akan pindah. Mana mungkin dia tetap di sini sementara dia sudah melakukan debutnya. Tapi paling tidak aku tahu sendiri darinya. Aku tak ingin dia tiba-tiba menghilang. Kalau dia benar-benar menghilang tanpa kutahu. Aku tak akan memaafkannya.

"Datanglah ke showcase pertamaku di Insa-dong, aku tunggu," ucapnya lalu dia benar-benar membuka pintu kamarnya.

 Akhirnya aku berjalan ke kamarku tanpa semangat. Pikiranku tertuju pada lelaki itu. Dia juga tiba-tiba masuk dalam mimpiku dan sekarang seasrama denganku, bukan dia yang seasrama tapi lebih tepatnya aku yang mengikuti jejaknya. Kita sama-sama menjadi anak didik Kim Min Sook yang memiliki agensi ini. Kalau bukan karenanya, mungkin aku tak akan mengenal lelaki yang sedang menikmati debutnya kali ini. Sedangkan aku adalah perempuan yang sedang melanggar peraturan. Apakah aku mulai menyukainya? Tidak. Meskipun aku menyukainya aku tak akan bisa dengannya, dan ini terlalu dini untuk memutuskan perasaan itu.


Kami hanya bertemu secara kebetulan dan hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi nanti. Dia juga bukan lelaki terbuka yang begitu mudah menyadari dan berbicara tentang perasaannya. Dia hanya sedikit bicara padaku, tak ingin tahu tentangku. Bagaimana mungkin ini disebut melanggar peraturan. Yung Shin sudah tertidur pulas. Kulihat ada script sebuah drama di sampingnya. Dia belajar begitu keras untuk debutnya yang akan dijadwalkan 2 tahun mendatang. Mungkin aku lebih baik mempelajarinya juga agar aku bisa melupakan hari ini. (*)

Part 2 (Prince Charming)

Beberapa waktu yang lalu aku sudah mendiskusikan masalah kontrak 2 tahun dengan YM Ent. Kini aku juga sudah pindah ke asrama YM yang terletak di Samoeng dong, tepatnya di gangnam-gu, asrama ini memiliki puluhan kamar dan satu kamar terdapat dua peserta.

 Sedangkan aku bersama dengan peserta yang lolos sebagai juara 3.Sayup-sayup kudengar suara misterius itu lagi. Namun kali ini lebih dekat dengan jarak pendengaranku. Suara piano seimbang dengan suara khasnya. Mungkinkah dia lelaki yang akan debut untuk karier solonya? Hanya saja masih dirahasiakan namanya.

Kamarku berada di lantai 2 dan cukup dekat dengan ruang latihan vokal. Langkahku terus maju melewati koridor asrama yang bercat hijau muda. Dinding-dinding asrama banyak ditempeli idol k-pop keluaran YM Ent yang sudah berhasil di luar sana. Kemudian aku berbelok ke kanan. Di situ ada pintu yang bertuliskan 'ruang latihan vokal' entah atas dasar apa aku membukanya. Tak ada perintah. Pintu kaca itu kubuka begitu saja. Aku sudah melihat tampilan lelaki itu dari belakang. Badannya terlihat tegap, rambutnya dipotong rapi dan jaket Polo berwarna hitam itu semakin menambah maskulinnya. Dia masih menyanyi ketika aku masuk ke ruang itu. Seperti tak mendengarku. Sedangkan aku hanyut dengan suara merdunya.Beberapa menit kemudian, aku memutuskan keluar. Jariku sudah memegang kenop pintu.

"Chakaman, di sini saja," pintanya. Seketika tanganku kembali ke posisi semula.
"Aku?" tanyaku seolah belum memahami kalimatnya. Padahal di ruangan ini hanya ada aku dan dirinya.

"Ya, Dhangsin."

Aku berdiri di belakangnya. Mendengarkan suara yang kadang sengaja di fals-kan. Padahal tanpa melakukan itu suaranya sudah membuat bulu kudukku berdiri. Tapi dia tak menoleh ke arahku sama sekali. Lelaki itu sangat asik dengan pianonya.

"Apakah kau lelaki berinisial 'L' yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan oleh netizen?" tanyaku padanya.
"Aku tak menyuruhmu bicara!" jawabnya ketus.

Sialan. Ini lelaki pertama yang bertingkah sombong padaku. Apakah aku harus menunggu perintahnya kalau hanya untuk bertanya? Aku benar-benar tak mengerti jalan pikirannya. Mungkin aku harus kembali ke kamar dan tidur sambil menunggu kelas akting. Dibandingkan menemani lelaki kurang ajar yang tak kutahu wajahnya. Tapi aku harus mengurungkan niat untuk pergi. Aku ketagihan dengan suara merdunya. Apalagi nada-nada pianonya. Aku merasa terlalu lama diam di tempat sialan ini.

Akhirnya aku mencoba untuk pergi. Tapi aku ditahan lagi dengan gaya cool yang dimilikinya. Bahkan tanpa melihatku, dia bisa menahan langkahku.

"Satu langkah mundur sama dengan keluar dari asrama ini."

Lelaki itu benar-benar tak membiarkanku pergi, tak membiarkanku bicara dan menjadi patung sejak tiga jam bersamanya. Aku tahu dia senior, akan debut kurang dari dua minggu. Apalagi semua penduduk Korea menantinya. Tapi tidak perlu melakukan hal seperti ini.
 Aku tak punya pilihan lain kecuali menemaninya. Aku duduk di belakangnya sambil terus mendengarkannya. Tapi tiba-tiba aku merasa ngantuk. Mataku sulit untuk terbuka dan melihat keberadaan lelaki itu. Tanpa sadar aku juga melupakan sikap kasarnya. 

***
“Ha Na ssi, bangunlah," suara  Yun Shin membawaku ke alam sadar. Aku memang tertidur. Tapi posisiku tadi di ruang latihan vokal bersama lelaki sombong itu. Tapi saat  terbangun aku sudah di kamar.

"Lee Tae Hee yang membawamu kemari." Yung Shin menjawab tanda tanyaku. 

"Lelaki sombong dan egois itu?" tanyaku tak percaya.

"Prince Charming, Ha Na Ssi. Dia tak akan membawamu ke sini kalau dia egois. Dia benar-benar tampan."

Prince charming, tampan. Jangan sampai aku mendengar dia disebut 'kkot minam' kalau aku mendengarnya, mungkin aku akan membawakan kaca besar untuknya. Biar dia tahu bagaimana wajahnya.

Wajah? Aku bahkan hanya melihat punggungnya selama tiga jam. Ini tidak adil. Dengan membelakangiku, dia bertingkah seperti itu. Aku tak akan memaafkannya. Akan kuberi pelajaran untuknya. Kalau aku bertemu nanti.

"Jangan lupa. Kita ada kelas akting." Yung shin masih mengingatkanku lagi.Asrama ini jadi terasa menyebalkan karena perbuatan lelaki itu. Aku benar-benar tak ingin melihatnya.

Aku pergi ke kelas akting dengan tampilan biasa. Wajahku sudah cukup cantik tanpa polesan pelembab dan semacamnya. Aku hanya perlu menyisir rambutku yang kuwarnai biru cerah random. Tapi masih banyak yang berwarna hitam. Rok selutut bermotif polkadot dengan hiasan mawar merah yang kupakai hari ini cukup bagus. Karena aku ingin memakai baju warna putihku. Tak perlu lama-lama di depan kaca. Nona Seul Ha Na akan menjemput mimpi besarnya.

Saat aku berjalan di koridor yang menghubungkan tangga ke lantai satu. Seseorang tiba-tiba menepuk pundakku.

"Gomawo, untuk tiga jam yang lalu."

Shit. Aku tak berani menatap ke arahnya. Suaranya mengingatkanku akan pelukan itu. Seketika aku hanya terdiam membeku. Entah kenapa efek sapaannya menimbulkan jantungku berdetak tak beraturan. Mungkin hanya karena efek kaget.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk menoleh padanya. Seketika aku mengingat semua mimpiku yang terjadi berulang kali. Entah kenapa aku merasa wajah itu yang kuingat di alam mimpiku. Aku bahkan tak sempat melihat wajah itu. Aku hanya merasakan kecupan bibirnya yang hangat di pipiku dan melihat sedikit lesung pipi kemudian dia pergi.

"Ha Na ssi," panggilnya dan seketika membuatku tersadar dari lamunanku.
Kadang aku sedikit mengingat slide mimpi-mimpiku. Wallpaper berbagai pose itu mirip lelaki itu. Hanya di sebuah gambar tapi mudah terlupakan. Tapi ciuman dan pelukan tak bisa membuatku lupa. Kadang aku bisa merasakan hangat nafasnya.

"Kau tak pergi ke kelas akting?" tanyanya lagi. Tapi mataku tetap tertuju ke arahnya. Aku memandangnya seolah aku pengagumnya. Entah kenapa tiba-tiba tanganku bergerak ke arahnya. Menyentuh wajah ovalnya sambil mengamati lesung pipinya. Menyentuh bibir penuhnya. Sampai kurasakan hangat tangannya menyentuh tanganku yang bergerak bebas di wajahnya.
"Mian," ucapku sambil melepas tanganku dari genggamannya.

"Kau orang kedua yang bisa menyentuhku. Jangan lakukan lagi," serunya. Membuatku tersadar lagi bahwa lelaki di depanku adalah orang yang sombong dan egois. Dia benar-benar membuatku kesal. Akhirnya aku pergi ke kelas akting tanpa memandangnya lagi. Lelaki sengak, tak berperasaan dan egois sejagat raya itu membuatku ilfil. Aku tak akan menemuinya lagi.
***
"Yung Shin ssi, aku benci Lee Tae Hee," ujarku. Sedangkan Yung Shin sibuk belajar membaca skrip, meski begitu dia tetap mendengarku.

"Weo? Dia tampan dan baik hati. Dia juga mendapat julukan prince charming dari seluruh perempuan di sini." Yung Shin tak akan berhenti memujinya. Hanya karena dia tampan dan bersuara merdu.

Aku juga tak ingin membencinya. Melainkan ingin melupakan wajahnya yang kerap datang ke alam mimpiku. Aku tak tahu bagaimana menghadapi malam ini jika aku selalu bermimpi tentang orang yang ada di depan mata.

"Apakah menurutmu dia baik?" tanyaku akhirnya.

"Dia bahkan menggendongmu ke kamar agar kau tidak terbangun.”

Menggendongku? Tidak mungkin. Dia lelaki egois yang pernah kutemui. Dia bahkan memperlakukanku seperti patung. Memerintahkanku seenaknya dan tak membiarkanku bicara. Aku bahkan tak mempercayai ucapan terima kasihnya. Kini aku berharap tidak sampai dua tahun menjadi trainee di YM Ent. Tapi jika dua minggu lagi debut. Itu artinya dia akan pindah ke apartemen yang lebih mewah. Bukan di sini.Aku jadi sulit memejamkan mata. Apalagi kesalahan yang kubuat padanya sangat fatal. Mungkin dia akan mengira aku ingin menciumnya. Padahal aku sama sekali tak ingin melakukannya. Aku berharap lelaki itu tak berpikir negatif dengan apa yang kulakukan tadi.





Part 1 (Audition)

“Ha Na, Seul Ha Na. Bangunlah," suara perempuan paruh baya menghentikan mimpi-mimpiku. Tadinya, aku masih ingin melanjutkan adegan romantis dengannya. Tapi suara ibuku sukses menghentikan semuanya.

Aku pikir kejadian tadi itu nyata. Seseorang memelukku dari belakang, meminta kepastian cinta yang kuberikan. Aku baru sadar semua itu hanya mimpi sampai Ibu menyentuh tubuhku. Membawaku kembali ke alam sadarku. Jika tidak, mungkin aku akan benar-benar jatuh cinta pda orang itu kini.

"Jam 12 ada jadwal audisi terbuka yang akan diadakan oleh YM Entertainment, bukankah kau bilang ingin mengikutinya?" ujar ibuku sembari berusaha membangunkanku.

Tinggal di negeri ginseng jika tidak menjadi artis papan atas maka percuma. Sepertinya semua aset negara untuk industri hiburan. Sebagai mata pencaharian yang paling diminati. Setidaknya ketika menandatangani kontrak sudah mendapatkan uang. Seperti yang lain berlomba-lomba mengeluarkan talent yang dimilikinya untuk industri hiburan. Termasuk aku.Aku Juga ingin menyamakan status dengan para artis dan idola itu.

Hanya dengan jarak tempuh setengah jam aku sudah sampai di Cheongdam, sedangkan rumahku berada di Incheon. Apalagi aku mengendarai mobil pribadi. Audisi terbuka dilaksanakan di gedung YM Entertainment. Gedung berlantai 5 itu dibangun dengan megahnya. Di lantai 1 adalah ruang pendaftaran seleksi talent ini. Sedangkan audisinya berada di lantai 2. Aku hanya bisa ternganga saat melihat kemewahan panggungnya. Ini hanya audisi terbuka. Tapi dekorasinya memukau. Gemerlap lampu menyinari panggung. Berbagai iringan musik dan stage yang bisa bergerak naik dan turun. 

Nomor seleksi sudah kudapatkan. Kini aku hanya perlu menunggu sampai saat namaku dipanggil oleh produser dan juri yang duduk paling depan. Aku benar-benar tak sabar menanti saat namaku dipanggil.Hasil seleksi di audisi terbuka ini biasanya langsung diumumkan. Hanya 3 besar lah yang bisa menjadi trainee di YM Entertainment. Karena selain melakukan audisi ini pihak agensi sudah mencari bakat dengan kemampuan indera mereka. Mungkin di asrama YM sudah terdapat beberapa calon idola maupun aktor dan aktris yang masih berumur sembilan tahun yang sudah berhasil ditemukan bakatnya. Seandainya itu aku, tak akan kutolak tawaran mereka. Karena pihak agensi juga bertanggung jawab dengan kita. Mengawasi nilai raport dan paling tidak memiliki prestasi akademik. Benar-benar agensi yang cerdas.

"Next no. 15."Itu adalah nomor keramatku. Seketika aku berjalan perlahan menuju stage yang mengarah ke beberapa juri. Satu lampu mengarah kepadaku. Guna untuk melihat performanceku. 

"Coba baca skrip ini," perintah Kim Min Sook. Beliau adalah seorang pria dewasa. Pemilik YM Ent dan masuk dalam majalah bisnis ternama di Korea. Kim Min Sook dulunya juga seorang trainee tapi multitalent. Kini setelah ia menguasai semua hal, Kim Min Sook bertekad untuk mendirikan agensi. Labelnya bernama YM Entertainment.

Aku membaca karakter-karakter yang akan kumainkan. Meneliti peran apa yang kusuka di skrip itu. Sampai akhirnya aku siap untuk melakukan adegan di dalam skrip berdurasi satu jam itu. Tapi di sini aku hanya perlu melakukan 2 adegan saja.

"Yoon Seo, jangan lakukan itu. Kalau kau membunuhnya. Kau hanya akan terluka."
Hening. Beku. Kedinginan menyelimuti tubuhku. Tak ada komentar. Tapi mereka saling bicara dan berbisik pelan. Akhirnya aku memutuskan untuk menjadi karakter berikutnya.

"Kumohon jangan pergi. Kau tahu, aku mencintaimu, oppa." Aku menitikkan airmata di adegan kedua. Tanganku meraih ujung kaki kursi juri seperti menahan lelaki yang akan pergi dariku.
Masih hening. Beberapa menit kemudian kudengar suara tepuk tangan. Aku merasa usahaku tak sia-sia. Tepuk tangan berarti segalanya.

"Bagus Seul Ha Na," ucap Kim Min Sook. Perkataan presiden direktur YM Ent kali ini membuat kakiku lemas. Aku bahagia.Akhirnya aku kembali ke tempat dudukku dengan senyum merekah.Setelah dua adegan drama seepisode itu berhasil kumainkan. Aku tak tahu bagaimana hasilnya. Karena Kim Min Sook cenderung menghargai peserta audisi. Beliau akan bilang bagus saat peserta menyelesaikan lagu maupun membaca skrip.
Beberapa peserta menyanyikan lagu pilihannya. Kau tahu lagu apa yang sering kudengar? Jika peserta perempuan menyanyikan lagu Ailee. Aku juga termasuk penggemar penyanyi satu ini. Tapi aku semakin bosan jika berulang kali mendengarnya.

 Ketika yang tampil laki-laki. Seringkali kudengar lagu K-Will. Mungkin kalau didata. Penduduk korea usia 12-25 tahun rata-rata menyukai lagu Ailee dan K-will. Sedangkan di sisi lain aku mendengar suara yang berbeda. Ini jelas bukan peserta di depan panggung. Suara misterius ini mengingatkanku akan pertanyaan dalam mimpiku.

Berapa lama kau akan mencintaiku?

Kalimat tanya itu terngiang begitu saja.

Beberapa pekan ini memang aku sering mendengar bahwa YM Ent akan membuat debut artis solo baru mereka. Tapi publik hanya diberikan clue inisial nama depannya. Hanya satu huruf 'L' dan dia juga baru debut tahun ini.

Panggung semakin semarak dengan hadirnya calon-calon idol dan artis. Banyak sekali orang-orang yang hebat dalam berakting. Sampai aku merasa namaku tak akan dipanggil untuk menjadi 3 besar.Setelah hampir 5 jam duduk dan menunggu. Akhirnya Presiden direktur Kim Min Sook naik ke atas panggung. Pengumuman terbuka dari audisi ini diumumkan sendiri olehnya.

"Baiklah. Karena kalian sudah menunggu lama. Maka langsung saja saya umumkan ke-3 besar peserta terbaik di audisi ini."

Kim Min Sook bahkan tak segera menuntaskan kalimatnya. Sementara aku tak bisa menatap ke arah mana pun. Kekhawatiran menghantuiku.

"Peserta terbaik ke-3 Lee Yun Shin."

Aku berdiri dan bersiap pulang. Jika angka 3 saja tidak bisa kudapatkan. Maka angka ke-2 dan pertama takkan pernah ada.

"Terbaik Ke-2 Kim Seung Hoon."

Aku sudah berada di ujung pintu. Jarakku dan stage sudah jauh. Tak akan menoleh ke belakang jika tak ada kemenangan. Kim Min Sook semakin memberi jeda yang lama untuk terbaik pertama. Menjadi yang pertama berarti spesial. Kim Min Sook tidak sembarang memilih calon-calon idol atau artis yang dipilihnya. Langkahku semakin yakin untuk kembali segera ke Incheon.

"Terbaik pertama kali ini jatuh pada Seul Ha Na dengan peran gandanya."


Seketika aku berbalik arah. Namaku disebut paling depan. Aku orang yang special dan dijamin debut tidak kurang dari 2 tahun. Lagi-lagi Kim Min Sook membuatku tersenyum. Tugasku sekarang adalah mendiskusikan kontrak dengannya dan bersiap-siap memindahkan barang-barangku ke asrama. Aku akan debut segera.

Superstar Love Story (Prolog)

Kurasakan hangat tubuhnya untuk pertama kali. Kedua tangannya melingkar di tubuhku. Dia memelukku dari belakang dan aku mampu merasakan detak jantungnya. Saat itu aku tahu bahwa cintanya hanya untukku.

"Berapa lama kau akan mencintaiku?" tanyanya padaku. Itu seperti meminta kepastian mungkinkah suatu saat aku akan meninggalkannya.

Bukankah sejak aku mengenalinya, aku tak ingin meninggalkannya.Aku enggan menjawab pertanyaan itu. Karena cintaku bukanlah cinta sesaat. Tapi aku dan lelaki yang begitu ingin melindungiku saat ini hanya memiliki pertemuan singkat. Aku bahkan tak percaya kalau aku bisa masuk dalam kehidupannya.

"Kau tak ingin menjawabnya?" tanyanya lagi. Tapi kurasakan hangat bibirnya menyentuh pipiku. Oh Tuhan. Aku benar-benar mencintainya. "Selamanya," jawabku tapi penuh ragu. Kata selamanya tak akan mewakili apa-apa. Aku tak meyakini hal yang aku ucapkan barusan. Kata selamanya itu bisa cepat menghilang entah kapan saat kita lupa dengan semua perjanjian. Seperti debu yang diterbangkan angin.

Aku bisa menemui lelaki sesempurna dirinya adalah hal yang tak bisa dipercaya. Aku selama ini hidup sebagai penggemarnya, memasang posternya dengan berbagai gaya, melihat videonya dengan berbagai acara, memasang wallpaper dengan senyum mautnya dan menontonnya di drama. Saat aku sadar bahwa lelaki yang memiliki lesung pipi kanan dan kiri ini memelukku. Aku tak ingin bangun lagi.

"Aku akan kembali untukmu. Biarkan aku pergi sekarang," ucapnya. Seketika mataku berkaca-kaca. Aku tak ingin kehilangan dia. Aku ingin mengembalikannya lagi. Entah berapa tahun yang lalu, berapa menit yang lalu kita bersama. Dia adalah idola yang kucinta.


"Aku mohon jangan pergi."



Kamis, 30 Mei 2013

Review: 7th Grade Civil Servant

Oh... Em... Ji. Ini adalah review ketigaku setelah drama 'Nine time travel' dan 'Bridal Mask'. Kali ini aku akan membuat review untuk drama keempatnya Joo Won yang merupakan hasil remake film 'My Girlfriend is agent'. Kalau sudah pernah menontonnya pasti akan tahu alur ceritanya. It's about agent atau mata-mata gitu deh. 

Drama ini rilis bulan januari 2013. Sebuah pembuka yang baik. Karena pada saat itu aku benar-benar lagi jatuh cinta dengan aktor utamanya. Perannya selalu memukau di semua dramanya. Sehingga aku memutuskan untuk menonton setiap dramanya. Drama ini dibintangi oleh Joo Won dan lead actressnya adalah Choi Kang Hee. Dia juga dulu pernah main drama protect the boss. Selain itu juga ada Chansung 2pm yang menjadi bagian dari drama ini.



Drama ini menceritakan tentang Han Pil Hoon atau Han Gil Ro yang punya cita-cita menjadi agen atau mata-mata. Sedangkan Kim Seo Woon atau Choi Kang Hee hanya perempuan biasa yang membutuhkan pekerjaan untuk hidupnya. Han Pil Hoon dan Kim Seo Woon bertemu di kencan buta. Itu adalah kencan buta yang benar-benar gila. Aku suka tingkah laku childishnya Joo Won ketika bertemu dengan wanita-wanita yang menjadi teman kencannya. Dia mengabaikan semuanya, mengisi waktunya dengan belajar untuk menjadi pegawai negeri dan melakukan hal yang disukainya. Pertemuannya dengan Kim Seo woon membuatnya terkena insiden kalah balap mobil sehingga mobilnya harus diserahkan pada yang memenangkan. Dan tak disangka mereka bertemu lagi di NIS tetapi belum setahun trainingnya Joo Won sudah dikeluarkan tapi masih diberi misi. 

Drama ini ratingnya lumayan tinggi di awal meskipun semakin lama semakin menurun. Mungkin penonton menyukai pada waktu awal saja. Sampai episode 5 ratingnya masih stabil karena di angka 17% sampai ke-20 episodenya ratingnya semakin merosot. Tapi drama rating drama ini jauh lebih baik dibanding drama setelahnya yang dimainkan oleh ajussi Song Seung Hoon. Rupanya tak ada yang mampu mengalahkan Joo Won dalam hal rating. 

Kelemahan drama ini adalah alur ceritanya terkesan main-main. Penulis sebenarnya ingin menyembunyikan identitas Han Gil Ro sebagai agen tapi dia juga tak mau mengakuinya sebagai agen dan kemudian diakui lagi. Seharusnya kalau sudah mendapatkan misi harusnya sudah dikukuhkan menjadi agen. Agak sedikit membingungkan memang. Kalau dalam filmnya kedua suami-istri itu sama-sama agen hanya saja dirahasiakan mereka bekerja pada siapa. Yang jelas mereka berdua dari perusahaan yang berbeda. Kemudian mereka dipertemukan dalam satu misi. Tapi untuk drama ini. Keduanya sama-sama dari perusahaan yang sama dan memilki misi yang sama. Beda kan remakenya?



Untuk aktingnya, aku benar-benar angkat semua jempolku. Joo Won benar-benar berbeda. Dari dia yang biasanya keningnya berkerut karena aktingnya sebagai polisi. Kali ini bahkan tak terlihat kerutan lagi di keningnya. Dia tampil lebih fresh dan so cute. Selain itu di sini juga dia digambarkan sebagai seorang keluarga kaya yang punya segalanya. Bahkan ayahnya marah-marah ketika dia mengikuti ujian PNS. Dia merasa anaknya hanya akan mengemis meminta suara pada rakyat. 

Ini adalah wajahnya ketika dia menjadi Gaksital.


Ada satu adegan yang bikin aku mewek di sini. Adegan saat mencegah orang tuanya ke bandara. Entah kenapa adegan itu berulang-ulang kuputar aku tetap menyukainya. Han Gil Ro adalah anak yang sedikit pembangkang. Saat adegan ayahnya membuka bajunya dan menunjukkan luka kebakaran  di tubuhnya. Joo Won seketika percaya kalau ayahnya benar-benar mencintainya, bahkan rela mengorbankan dirinya. Saat itulah Han Gil Ro berusaha mencegah ayahnya pergi dan dia menangis di pelukan ayahnya. Ini benar-benar akting memukau yang tak bisa sekali kutonton. 

Sebagai penutup aku akan memberinya rating. Dari 1-5. Aku ingin memberinya 3 untuk dramanya. Untuk aktingnya dari 1-5 aku memberinya 5 tentu saja. Joo Won selalu tak pernah membiarkan psonanya hilang begitu saja. Dia tampak memukau. Kalau untuk lead aktrisnya, entah kenapa aku tak menyukai karakternya di situ. Alasanku menonton drama ini karena Joo Won bukan yang lain.

Selanjutnya kita tunggu dramanya di KBS2 setelah Shark berakhir. 


Rabu, 29 Mei 2013

All about Joo Won

Untuk pertama kalinya aku menuliskan tentang aktor yang aku suka. Biasanya, suka ya suka aja. Karena meski aku suka sekalipun aku tak pernah menghafalkan, mencari tahu tentang tanggal lahir dan berat badan dan ukuran sepatunya. Itu hal-hal kecil yang membosankan. Dengan ini, maka blogku mulai sekarang akan sering kutulis dengan berbagai hal yang kusukai. Tidak melulu cerita-cerita mellow, puisi, cuplikan novel dan sebagainya. Tapi banyak hal.


Menyukai figur Joo Won pertama kalinya karena melihatnya dalam drama 'Bridal Mask' . Drama itu amat memukau dengan Joo Won sebagai pemain utamanya. Sebelumnya juga Joo Won sudah memerankan dua drama. Drama debutnya bersama dengan Yoon Shi Yoon dan dirinya sebagai pemeran antagonis yang pastinya punya senyum yang mematikan. Dibanding Shi Yoon, Joo Won lebih bagus dalam berakting. Efeknya, dia membuat banyak orang benci padanya. Selain itu, drama 'Ojakgyo brother' adalah drama keduanya bersama UEE yang tak kalah menariknya aktingnya. Di dua drama tersebut, aksi Joo Won telah mampu meningkatkan rating dramanya. Mungkin karena memiliki pesona yang berbeda dari aktor lain, sehingga dua dramanya ratingnya meningkat.

Pada drama ketiganya, dia juga kembali menjadi lead aktor. Dia memang cocok menjadi aktor utama. Kalaupun aktor kedua. Aku tak rela dia kecewa. Tapi menjadi apapun cocok untuknya karena dia memerankan tokohnya dengan hati. Sehingga menarik simpati. Pada drama ketiganya yang berjudul 'Gaksital' ini dia juga mampu meningkatkan ratingnya. Untuk review drama ini, klik 'review: Bridal mask' di blog ini. Dia bermain bersama Park Ki Woong untuk drama aksinya yang keren abis. 


Dramanya selanjutnya adalah '7th grade city servant' yang merupakan recycle dari 'My girlfriend is agent' yang film layar lebarnya diperankan oleh Kang Ji Hwan dan Kim Ha Neul. Film itu juga bergenre romantis-komedi dan aksi. Sehingga pada drama selanjutnya yang tayang januari lalu Joo Won telah berubah drastis. Dari dia yang biasanya menjadi polisi dan pada drama itu juga agen tapi dengan tampilan yang berbeda. Lebih cute dan mungkin make up artisnya sangat keren sekali sehingga mampu merubahnya menjadi Joo Won yang berbeda. 

Proyek selanjutnya adalah film 'Only You' yang akan dimainkan bersama 'Kim Ah Joong', aku tahu Joo Won tetap keren meskipun dengan lawan main yang lebih tua darinya. Tidak apa-apa asal melihatnya. Kini lagi-lagi perannya menjadi polisi. Mungkin tubuh idealnya sangat cocok menjadi polisi. Plisss jangan keburu wamil. Dua tahun pasti sepi tanpamu. Film ini sedang dalam proses syuting. Dan akan segera rilis. Ini adalah film ke-tiganya setelah 'SIU' dan 'Don't Click' yang keduanya sama-sama menjadi polisi. 

Selain proyek-proyek di atas Joo Won juga masih menjadi member tetap 'Variety show' di 'KBS' yaitu '1 night 2 days' betapa sibuknya dirimu. Ghost musikal bersama Ivy juga menjadi proyeknya di tahun 2013 ini. Tahun 2013 merupakan tahun keberuntungan bagi Joo Won. Dia banyak mendapatkan kontrak kerja. Selain iklan baju yang sudah ditandatanganinya untuk 2 tahun ke depan. 

Drama paling gresnya juga akan tayang pada bulan agustus. Mungkin para fans tak akan sabar menantinya. Karena pada drama itu dia akan menjadi 'ahli bedah anak' dan memiliki gangguan mental 'Autis' tapi jenius. So, mari kita menunggunya.



*Titanita*

Selasa, 28 Mei 2013

Memiliki (Goes to Seoul)

2 minggu yang lalu.

"Berjanjilah sama Ibu, kau akan baik-baik saja selama di korea," kata Ibunya. Beliau tak henti-hentinya mengkhawatirkan anak keduanya itu. Di rumah masih ada Niki, kakak lelakinya yang hari ini cuti kerja untuk sementara waktu. 

Sebenarnya, Niki adalah seorang wartawan. Dia bekerja secara fleksibel. Pekerjaan utamanya adalah mencari informasi dan fakta tentang segala macam peristiwa yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Niki lebih sering berada di rumah, karena pekerjaan utamanya di luar ruangan. Mungkin jika suatu saat jabatannya bisa naik. Dia akan bekerja di dalam ruangan dan tak bisa lagi bersantai di rumah. 

Pagi ini Airin memandang ibunya dan mengangguk bahwa ia akan baik-baik saja. Bagaimana pun dia tidak sendirian di sana. Airin liburan bersama teman-temannya. Karena kuliahnya telah memasuki liburan panjang, maka, ia tak akan membuang waktu untuk meninggalkan Indonesia dan pergi ke negeri ginseng yang terkenal dengan boybanda dan girlbandnya. 

"Apa kau sudah tak membutuhkan uang lagi?" tanya Niki, sebagai kakak, dia amat perfect. Tak pernah sekali pun lelaki itu mengabaikan Airin. Mungkin dia juga khawatir jika nanti ada apa-apa di  negara yang tak pernah dikenalnya itu. 

"Aku sudah punya uang Kak. Bahkan, aku bisa membelikan oleh-oleh yang Kakak mau," ucapnya percaya diri. 

"Kakak tak perlu apa-apa, yang penting kamu pulang dengan selamat," ucapnya. 

Hari ini Airin sudah mengepaki semua barang-barang yang akan dibawanya liburan ke negeri ginseng itu. Dia sangat bahagia. Sampai tak sedetik pun senyumnya hilang dari bibirnya. Ia merasa akan mendapatkan banyak hal di sana. 

Airin ingin sekali bertemu dengan bintang pujaannya, meskipun hanya bicara sedikit. Tapi lebih dari itu, Airin hanya ingin liburan di sana. Banyak hal yang ingin dilupakannya di sini. Bayangkan dalam setahun kehidupannya. Dia sudah diputuskan oleh pacarnya yang ia sangat cintai. 

Andre adalah seorang lelaki yang dicintainya sejak setahun belakangan. Airin menyukainya karena dia sudah mendaratkan serbuk-serbuk cinta yang membuat hatinya meleleh. Banyak pengorbanan yang dilakukan Andre untuk mendapatkan cinta Airin. Tapi belakangan, Andre lebih sering meninggalkannya. Bukan hanya itu, Andre juga memutuskannya sepihak. 

Malam ini Airin tak bisa tidur nyenyak. Dia sudah sangat bahagia karena nanti akan terbang ke Korea. Dia akan membuat hidupnya berubah. Tanpa Andre dan tanpa siapa pun yang menyakitinya. Mungkinkah dia akan menemukan banyak hal di sana?

***
"Apa yang akan kamu lakukan kalo sampai di sana?" tanya Dimas tiba-tiba. Lelaki itu sudah seperti pengikutnya. Dari semua perempuan yang ikut acara liburan, dia adalah lelaki satu-satunya. Katanya dia ingin melindungi semua perempuan yang ikut dalam acara liburan kali ini. Tapi Airin yakin, itu pasti hanya alasan saja. 

Airin sudah bisa menebak pikiran Dimas, bahkan sebelum Dimas memutuskan untuk ikut acara. Dia menyukai salah satu diantara mereka berempat. Tapi dia tak tahu siapa. Hanya tebakan itu sepertinya benar. Semoga bukan dirinya, karena Airin masih belum move on dari cinta Andre. Karena ketika masih belum move on, Airin yakin, pasti dia akan menyakitinya.

"Kau bertanya padaku?" tanya Airin balik. Pertanyaann yang diajukan Dimas bisa saja untuk Kiara, Selly dan Frida. Karena pertanyaan itu tanpa sebuah nama. 

"Tentu saja," jawabnya sambil memakan permen karet bublenya. 

"Aku ingin mencari hal baru, pacar baru juga nggak apa-apa. Aku bosan yang lokal, gak ada yang bisa dipercaya. Aku ingin yang interlokal," ungkap Airin. Tak ada yang disembunyikan dalam persahabatan. Airin menganggap semua yang di dekatnya adalah sahabat. Termasuk Dimas yang kali ini masih mematung tak percaya. 

"Kau pikir pacar itu telepon seluler?" 

"Bisa jadi, dia kan punya sinyal-sinyal khusus untuk memberi tanda bahwa satu sama lain bisan 'connect' sehingga bisa berhubungan. Seperti telepon seluler. Tanpa sinyal. Kau tak akan bisa menghubunginya," jelasnya. Belum selesai perdebatan seru mereka tentang telepon seluler lokal dan interlokal, tiba-tiba ada suara mengaung pertanda menyuruh penumpang untuk segera naik ke pesawat. Sehingga pembicaraan mereka terpaksa selesai tanpa penutup.

Mereka masing-masing berjalan ke area bandara untuk menunjukkan password dan tiket mereka. Setelah mencari tempat duduk masing-masing di pesawat yang ekonomi. Ternayata, Airin duduk bersama dengan Dimas. Pembicaraan itu harus berlanjut lagi. 

Dimas adalah tipe lelaki yang ingin tahu banyak hal. Apalagi tentang seseorang yang diyakininya akan menjadi pacarnya. Dia akan mengejarnya dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan basi, perdebatan-perdebatan yang meninggalkan kekesalan. Kalau benar orang yang sedang diincar adalah Airin, maka dipastikan dia tidak akan bisa lolos dari seabreg pertanyaanya. 

"Lalu, kenapa kamu tak ingin yang lokal? Bukankah lebih murah?" tanyanya beruntun. 

"Tak ada pengorbanan, Dimas. Coba saja pikirkan kalau kita memakai merek yang sama,bahkan banyak gratisannya, tapi kalau kita memakai merek yang berbeda kalau hanya sesama lokal. Tak akan menguras banyak hal," jelasnya. Airin berusaha menutup mata dari pertanyaan lainnya. 

"Kalau kamu tak mendapatkan yang interlokal?" 

"Aku mau tidur, sampai jumpa di negeri ginseng. Pastikan aku akan mendapatkannya," ucapnya lalu menutup matanya tanpa mempedulikan Dimas. Kali ini dia benar-benar dibuat kesal. Kini dia bisa menebak, siapa orang yang diincarnya. 

***
Beberapa jam kemudian mereka sudah sampai di bandara incheon, bandara internasiona terbesar di Korea. Airin tak percaya dia bisa berada di sini. Kini sambil menunggu teman-temannya di kamar mandi. Ia duduk-duduk di bandara. Di sebelahnya ada seorang lelaki yang terlihat sibuk dengan telepon selulernya. Kelihatannya berusaha meyakinkan seseorang yang jauh di sana. Sementara itu, Airin belum ingin menyentuh teleponnya. Dia akan menghubungi keluarganya ketika sudah sampai di penginapan. Airin menaruh jaketnya di sembarang tempat. Diantara tempat duduknya, sementara lelaki itu melakukan hal yang sama. Tak peduli kalau kedua jaket itu berada di tempat yang sama. 

"Rin, ayo berangkat," tiba-tiba suara Kiara memecahkan lamunanya, Airin pergi begitu saja dengan jaket yang diambilnya tanpa melihat milik siapa. Dia hanya berpikir bahwa di tempat itu hanya ada satu jaket miliknya. Sementara lelaki itu berjalan dalam keadaan menelepon. Dia juga mengambil jaket sembarang yang ada di sana.

"Apa itu jaketmu?" tanya Kiara yang tahu jelas, Airin tak suka warna hitam. Sedangkan jaket yang dipegangnya kali ini berwarna hitam. 

"Warna hitam, bukankah jaketku berwarna coklat muda," 

"Nanti saja ditukar kalau bertemu dengan orangnya, sementara pakai saja. Kau tahu ini benar-benr dingin." Selly mengucapkannya sambil membekap tubuhnya dengan kedua tangannya.

Udara di Korea berbeda jauh dengan Indonesia. Di Indonesia hanya memiliki 2 musim. Musim panas dan musing hujan. Sedangkan negeri ginseng memilki 4 musim. Kali ini bertepatan dengan musim semi. Salju juga mulai turun. Airin menimang-nimang jaket itu. Bahkan jaket itu lebih tebal dan lebih hangat dari miliknya. Mungkin ia tak akan melepasnya lagi. Karena udara dingin di sini benar-benar membekukan daripada di Indonesia.

Airin dan teman-temannya menemuka sebuah apartemen, Mereka bisa menyewa dengan beberapa won saja, karena apartemen itu terlihat sederhana. Apartemen itu terletak di daerah Gwangju, Seoul bagian selatan. Sebenarnya, Gwangju merupakan kota metropolitan. Tapi sedikit heran juga, karena di sana terdapat apartemen yang lebih murah dari yang mereka bayangkan. 

Airin hanya memandangi jaket itu. Ia benar-benar bingung, kenapa tiba-tiba membawa jaket orang lain dan bukan jaket miliknya. Jelas-jelas dia hapal warnanya. Lelaki itu juga, apakah dia tak sadar sudah membawa jaketnya.

"Ada namanya, Rin," ucap Frida setelah melihat keseluruhan jaket musim semi itu. Jaket itu juga dari merek ternama, seperti yang pernah ia lihat. Merek ini yang pernah dipromosikan oleh Lee Min Ho. 

"L.T.Hee, apa namanya Lee Tae Hee," tebak Kiara. 

"Bukan Hwang Tae Hee, kan?" ucap Airin sebal. Namanya persis seperti tokoh yang diperankan oleh aktor idolanya dalam drama keluarga ojakgyo brother, Airin sangat menyukainya, jadi dia hapal mati nama itu. Meski dia masih menonton cuplikan-cuplikannya saja. 

"Ada selembar kertas, ini sih alamat di daerah sini juga," sergah Kiara yang sudah lancar membaca hangul. Kiara adalah salah satu teman yang cerdas yang dimilki Airin. Tidak heran Kiara bisa mencarikan apartemen yang murah, membawanya jalan-jalan di tempat yang tepat dan tahu makanan yang boleh dan tidak dibolehkan selama di sini.

"Kau akan mengembalikannya?" 

"2 minggu lagi," jawab Airin yakin. Dia akan mengembalikan jaket itu setelah 2 minggu berada di korea. Untuk beberapa hari ini ia akan menikmati perjalanannya ke negeri ginseng ini. Tak ada waktu untuk mencari lelaki yang salah membawa jaketnya. Kalau sedaerah pasti akan mudah menemukannya.

***
Cheongdamgdong.

"Hyung, kau bawa jaket perempuan," ucap Lee tae pil saat kakaknya sampai di rumah. Harunya tujuan utama Tae Hee bukan Cheongdamdong, bukan ke rumahnya, ia memilki seabreg aktivitas. Dia tak bisa membatalkannya secara mendadak. Tapi karena alamat dan nomor teleponnya hilang digantikan dengan jaket perempuan, maka tak ada yang bisa dilakukan kecuali pulang kembali. Kalau bukan karena Kim Na Ra, yang tiba-tiba membuatnya khawatir, dia pasti sudah pergi ke Gwangju. 

"Ini tertukar sewaktu di bandara menjemput Kim Na Ra," ungkapnya. Tae Hee memandang jaket  perempuan itu dengan wajah kesal. Jaket itu bahkan tak memberi kehangatan di udara dingin seperti ini. Bahkan ketika dia memakainya sekali pun, dia akan tetap kedinginan.

Seingatnya tadi di bandara, Tae Hee menaruh jaketnya asal-asalan dan membawa pulang jaket itu juga asal-asalan. Dia mengambilnya tanpa melihat. Bahkan perempuan yang tadi di sampingnya. Hnya membawa pergi jaketnya setelah mendapat panggilan dari temannya yang entah bahasa dari planet mana. Bahasa asing yang digunakannya bahkan lebih aneh dari bahasa alien. Menurut pendengarannya. 

"Ini pertanda bagus, Hyung."

"Diamlah, aku sedang berpikir bagaimana cara mengembalikan jaket itu ke tempat asalnya," jelas Tae Hee. Di tak akan mau membawa barang yang bukan miliknya. 

Bagaimana mungkin perempuan berwajah asing itu ceroboh sekali mengambil barang orang lain. Harusnya sejak pertma kali melihat kalau ada kesalahan dalam mengambil jaketnya, harusnya dia bisa kembali. Paling tidak dia akan mengembalikan ke alamat yang ia tuju di jaket itu. Tae Hee ingat bahwa di saku bajunya ada alamat dan nomor telepon yang belum sempat disalinnya ke telepon selulernya. Semoga saja Hyungnya, pelatih vokalnya akan menghubunginya. 

Ini adalah training terakhinya. Dia akan debut setelah mendapatkan training vokal di tempat komposer, penulis lagu dan penyanyi ternama milik agensinya. CM Entertainment, adalah agensi yang menauginya. 

Hallyu wave bukan hanya menyebar di korea, tetapi juga di luar negeri. Lee Tae Hee juga ingin meramaikan layar lebar dan layar kecil dengan kehadiran dirinya. Paling tidak meski dia masih akan debut solonya, dia juga ingin bisa bermain drama.

CM Entertainment adalah sebuah agensi yang menaungi beberapa penyanyi dan aktor di korea selatan. Pertama kali menerima kontrak untuk training adalah ketika ada audisi terbuka di daerah Gwangju. Pada saat audisi itu, Tae Hee terpilih menjadi pemenang pertama. Karena suaranya yang memukau. Tapi dia juga masih harus mengikuti training sebelum siap terjun ke media televisi. Tae Hee juga memiliki rahasia yang tersembunyi jika dia bisa tampil di televisi nanti.

"Hyung, kalau debut nanti traktir aku minum," 

"Tapi bukan soju atau bir, kau masih belum dewasa. Kau tahu bahkan kakak tidak minum," ucapnya. Tae Hee sangat mencintai adiknya. Di rumah ini hanya ada adiknya dan dirinya meski pun ketika ditinggal training, Tae pil harus sendirian. Tae Hee juga masih menyelesaikan studinya meski kadang-kadang pulang dari asrama yang sudah disediakan agensinya. Mungkin setelah debutnya nanti dia akan pindah lagi ke apartemen. Untuk kali ini dia akan membawa adiknya.

Malam ini Tae Hee bahkan sulit memejamkan matanya. Ia benar-benar berpikir untuk mengembalikan jaket perempuan yang salah diambilnya. Besok ia akan ke tempat pelatihan vokal. Tadi dia sudah dihubungi oleh pihak CM Entertainment dan akan melatihnya mulai besok. Kemungkinan dalam waktu 2 minggu lagi dia akan bisa debut. 

Hanya ada waktu 2 minggu dan semua masalahnya akan diatasi. Dia akan segera debut dan merasakan panggung yang sebenarnya. Semoga dalam waktu 2 minggu ini tak ada kesalahan yang merusak nama baiknya. Dia tak pernah berpikir kalau waktu pertama kali debut terus terjadi hal-hala yang buruk. Karena dia amat ragu, bagaimana pun dia tak akan membiarkan nama baiknya jatuh di pemutaran video pertamanya serta konser perdananya.