"Kenapa kau mengira aku akan
pergi. Apa kau benar-benar ingin aku pergi?" ucap lelaki itu. Tangannya
masih melingkar di perutku. Dia masih memelukku dari belakang.
"Ani, aku ingin kau tetap bersamaku," jawabku akhirnya.
Perlahan aku menatap ke arahnya. Meneliti gurat-gurat di
wajahnya. Mengamati kedua lesung pipitnya yang menambah senyum manisnya. Dan
aku memeluknya.
"Jangan pernah pergi dariku."
***
"Ha Na ssi, kau mimpi apa.
Kenapa kau senyum-senyum sendiri?" tanya Yung Shin yang membuatku
terbangun.
Mimpi? Aku bermimpi tentang Lee
Tae Hee dan wajahnya sekarang semakin jelas. Dan aku bahagia, meskipun hanya
mimpi. Rasanya aku memiliki kisah cinta yang sempurna.
Dua minggu ini memang aku sering
sekali melihat seberapa intensnya dia latihan untuk karier solonya. Aku hanya
memandangnya dari belakang pintu kaca dan kadang mendengarkan suaranya. Dia
adalah penyanyi ballad yang akan tampil di televisi hari ini. Debut solonya
telah dimulai. Performance pertamanya di Sbs inkigayo dan mbc music core.
Single promosi dan albumnya akan segera keluar. Mungkin hari ini lelaki itu tak
akan di sini lagi.
Aku tak akan bertemu dengannya
lagi setelah hari ini. Hari ini akan menjadi hari sibuknya. Dia memang masih
menjadi idola baru. Tapi jika keluaran YM Ent sangat cepat melejitnya. Seperti
roket yang terbang ke angkasa. Tak akan mudah kembali menjadi Tae Hee yang
sekarang. Karena untuk sampai ke hari ini banyak perjuangan.
Aku berjalan menuju tempat
latihan vokal dengan mood yang buruk. Aku ingin mengingat kenangan burukku
bersama lelaki egois itu. Saat aku ditahan untuk menemaninya dan suara
ketusnya. Kenapa semua itu tak hilang dari pikiranku?
"Kau mau melihatku di
studio?" tiba-tiba aku mendengar suara seseorang.
Posisiku dan dirinya kini
terbalik. Aku duduk di depan piano dan hampir menyentuhnya dan dia
membelakangiku. Mungkin dia akan bersiap-siap berangkat ke studio raksasa di
korea. Hanya saja masih disempatkan ke ruangan ini.
"Tidak. Aku akan menontonmu
di tivi saja," jawabku.
"Kalau begitu. Aku berangkat
dulu."
"Chakaman gidaryo," ucapku menahan langkahnya. Entah kenapa.
Tapi aku ingin menahan langkahnya.
"Kau tak berhak menahanku.
Aku yang punya hak menahanmu di sini," jawabnya dingin.
Lelaki itu semakin menghancurkan
suasana hatiku. Dia hanya bisa bersikap baik padaku dalam waktu satu menit.
Menit selanjutnya dia sudah kembali ke sifat aslinya. Aku menahannya karena
ingin bertanya apakah setelah ini dia akan pindah. Menggunakan fasilitas yang
diberikan YM Ent pasca debutnya. Jika dia menggunakannya kemungkinan besar akan
pindah.
Aku tak jadi bicara. Dia juga
meninggalkanku dengan suasana hati yang semakin buruk. Aku benar-benar tak akan
menontonnya kecuali pembawa acaranya aktor yang kusuka.
Akhirnya aku kembali ke kamar dan
melupakan banyak hal yang ingin kulakukan. Dan aku yakin sebentar lagi semua
orang akan keluar untuk merayakan pesta debutnya. Ini benar-benar menyebalkan.
Aku tak akan datang karena aku begitu membencinya.
***
"Ha Na, pembawa acaranya
aktor pujaanmu tuh," ucap Yung Shin mengagetkanku. Tadinya aku benar-benar
tak mau menontonnya. Tapi karena ini gelaran musiknya Kbs aku jadi mau tak mau
menontonnya. Aktor favoritku terikat kontrak dengan channel raksasa itu. Aku
bahkan hanya bisa menonton acara variety shownya di channel yang sama.
Ini debut pertamanya Lee Tae Hee,
dia bahkan tak punya nama stage yang lebih bagus dari itu. Meski begitu
penduduk korea tetap menantinya. Hanya karena dia berasal dari YM Ent. Sebelum
debut sudah banyak sekali komentar-komentar positif tentangnya. Karena pihak
agensi sering memunculkan kode-kode tentangnya, poster tubuhnya yang tegap dan
berisi, kadang telanjang dada, judul lagu hitsnya tapi lebih dari itu tak ada
seorang pun di luar sana yang tahu wajahnya.
Di korea banyak sekali acara
musik, konser yang mendukung dan mendulang keuangan negara. Mungkin sebentar
lagi Tae Hee akan mengadakan konser tunggalnya. Tinggal menunggu waktu saja.
Para produser drama, reality show, talk show dan variety show akan
mengundangnya. Dia tak akan memiliki waktu lagi untuk memejamkan mata.
Segera setelah mendengar kabar
tentang Lee Tae Hee di channel raksasa itu, aku berlari ke ruang bawah. Di sana
ada layar 36 inci yang digunakan sebagai media informasi. Selain itu juga
menayangkan konser-konser dan acara TV keluaran agensi yang kunaungi sekarang.
Banyak sekali yang penasaran dengan performance pertamanya. Saat ini juga aku
baru tahu kalau nama stagenya adalah 'Initial L', padahal aku mengira dia masih
menggunakan nama originalnya.
Aku terpukau mendengar lagunya.
Lagu ballad yang diiringi piano itu membuatku tak bisa mengalihkan perhatian.
Tae Hee memakai kemeja rapi saat tampil di sana. Senyumnya mengembang seolah
dia puas dengan hasil kerjanya selama ini. Sementara aku memandang hampa. Entah
kenapa ada rasa takut seandainya suatu saat dia akan pergi. Dia hanya lelaki
yang menghiasi mimpiku, tapi aku tak ingin kehilangannya.
"Ha Na ssi, acaranya sudah
selesai," ucap Yung Shin yang seketika membuatku tersadar dari lamunanku.
"Sepertinya dia akan keluar
dari asrama ini," ucapnya lagi seolah Yung Shin juga tak menginginkan hal
itu terjadi.
Aku merasa ada yang terlupakan
tentang Lee Tae Hee, dia belum tahu namaku. Kami tak pernah berkenalan
sebelumnya. Aku dan dia hanya berbicara karena insiden-insiden kecil yang tak
diharapkan. Bertemu secara kebetulan seolah semua itu sudah direncanakan. Dia
tak pernah menanyakan namaku dan ketika aku bertanya namanya, dia menghindari
pertanyaan itu. Mungkin entah kapan kami akan berjabat tangan untuk mengenal
diri masing-masing. Butuh waktu untuk memberi rasa aman sebelum sebuah nama
disebutkan. Meskipun aku tahu namanya karena karier solonya dimulai, tapi jelas
berbeda ketika kita memulai sendiri perkenalan itu.
Malam semakin larut, secara tidak
sadar aku menunggu Tae Hee. Sejak tadi aku menungguinya di ruang vokal. Ruang
yang menghubungkanku dengan dirinya. Aku memainkan piano dengan kemampuan
terburukku, meski begitu aku menikmatinya.
"Tidak buruk untuk calon
aktris sepertimu." Tae Hee tiba-tiba muncul dengan suara tepuk tangannya
dan komentar tentangku.
Aku berdiri menatapnya. Entah apa
yang kurasakan, tapi aku merasa ia juga memandangku. Mungkin kami saling tatap
dan merasakan sesuatu yang lain. Aku segera menunduk, bahkan lensa kontaknya
mampu membuatku beku dengan tatapan itu.
"Chukkae," ucapku ingin mencairkan suasana yang kian beku di
ruangan ini.
Tak ada jawaban darinya. Akhirnya
kulangkahkan kaki untuk melangkah keluar dari ruang yang semakin sempit ini.
Entah hanya perasaanku saja tapi ruang belajar vokal ini membuatku sesak.
Mungkin banyak hal yang berkecamuk yang kupikirkan.
Sebelum aku berjalan ke pintu.
Aku merasakan tangannya memegang lenganku. Dia menahanku agar tak pergi. Tanpa
bicara dan aku bertanya-tanya apa yang akan dilakukannya. Detik ini juga
terjawab dia memelukku, bukan. Dia terlihat lelah dan tertidur dalam pelukanku.
Entah kenapa aku menyukai semua ini.
"Tae Hee ssi, tidurlah di
kamarmu." Aku berusaha membangunkannya.
"Hanya 10 menit."
Tae Hee menepati janjinya. Dia
benar-benar menjauh setelah 10 menit tertidur di lenganku. Tapi entah kenapa,
aku masih mengejarnya. Sepertinya masih ada yang tertinggal. Pembicaraanku
belum selesai dan aku ingin menyelesaikannya.
"Kau ingin main ke kamarku,
bukankah agensi kita melarang pacaran. Bagaimana kalau hubungan kita
menciptakan skandal?"
Tae Hee terus berjalan sambil
bertanya padaku. Sementara aku tak menjawabnya. Siapa yang ingin ke kamarnya?
Aku lebih ingin menghentikannya daripada mengikutinya ke kamar. Tapi lelaki
menyebalkan itu terus berjalan ke arah selatan lantai 2 dan arah itu adalah
untuk area cowok dan aku sudah melewati deretan kamar cowok. Tae Hee masih
belum berhenti.
"Tae Hee ssi,
berhentilah!" seruku akhirnya. Lelaki itu benar-benar berhenti. Tapi
tangannya memegang ujung kenop pintu di sampingnya.
"Hamboman, aku cuma ingin bertanya. Apa kau akan pindah?"
tanyaku akhirnya.
Menurut prediksiku, dia akan
pindah. Mana mungkin dia tetap di sini sementara dia sudah melakukan debutnya.
Tapi paling tidak aku tahu sendiri darinya. Aku tak ingin dia tiba-tiba
menghilang. Kalau dia benar-benar menghilang tanpa kutahu. Aku tak akan
memaafkannya.
"Datanglah ke showcase pertamaku di Insa-dong, aku
tunggu," ucapnya lalu dia benar-benar membuka pintu kamarnya.
Akhirnya aku berjalan ke
kamarku tanpa semangat. Pikiranku tertuju pada lelaki itu. Dia juga tiba-tiba
masuk dalam mimpiku dan sekarang seasrama denganku, bukan dia yang seasrama
tapi lebih tepatnya aku yang mengikuti jejaknya. Kita sama-sama menjadi anak
didik Kim Min Sook yang memiliki agensi ini. Kalau bukan karenanya, mungkin aku
tak akan mengenal lelaki yang sedang menikmati debutnya kali ini. Sedangkan aku
adalah perempuan yang sedang melanggar peraturan. Apakah aku mulai menyukainya?
Tidak. Meskipun aku menyukainya aku tak akan bisa dengannya, dan ini terlalu
dini untuk memutuskan perasaan itu.
Kami hanya bertemu secara
kebetulan dan hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi nanti. Dia juga bukan
lelaki terbuka yang begitu mudah menyadari dan berbicara tentang perasaannya.
Dia hanya sedikit bicara padaku, tak ingin tahu tentangku. Bagaimana mungkin
ini disebut melanggar peraturan. Yung Shin sudah tertidur pulas. Kulihat ada
script sebuah drama di sampingnya. Dia belajar begitu keras untuk debutnya yang
akan dijadwalkan 2 tahun mendatang. Mungkin aku lebih baik mempelajarinya juga
agar aku bisa melupakan hari ini. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar