Kamis, 18 Juli 2013

Part 3 (Idola Baru)

"Kenapa kau mengira aku akan pergi. Apa kau benar-benar ingin aku pergi?" ucap lelaki itu. Tangannya masih melingkar di perutku. Dia masih memelukku dari belakang. 

"Ani, aku ingin kau tetap bersamaku," jawabku akhirnya. 

Perlahan aku menatap ke arahnya. Meneliti gurat-gurat di wajahnya. Mengamati kedua lesung pipitnya yang menambah senyum manisnya. Dan aku memeluknya.

"Jangan pernah pergi dariku."

***
"Ha Na ssi, kau mimpi apa. Kenapa kau senyum-senyum sendiri?" tanya Yung Shin yang membuatku terbangun. 

Mimpi? Aku bermimpi tentang Lee Tae Hee dan wajahnya sekarang semakin jelas. Dan aku bahagia, meskipun hanya mimpi. Rasanya aku memiliki kisah cinta yang sempurna.

Dua minggu ini memang aku sering sekali melihat seberapa intensnya dia latihan untuk karier solonya. Aku hanya memandangnya dari belakang pintu kaca dan kadang mendengarkan suaranya. Dia adalah penyanyi ballad yang akan tampil di televisi hari ini. Debut solonya telah dimulai. Performance pertamanya di Sbs inkigayo dan mbc music core. Single promosi dan albumnya akan segera keluar. Mungkin hari ini lelaki itu tak akan di sini lagi.

Aku tak akan bertemu dengannya lagi setelah hari ini. Hari ini akan menjadi hari sibuknya. Dia memang masih menjadi idola baru. Tapi jika keluaran YM Ent sangat cepat melejitnya. Seperti roket yang terbang ke angkasa. Tak akan mudah kembali menjadi Tae Hee yang sekarang. Karena untuk sampai ke hari ini banyak perjuangan.

Aku berjalan menuju tempat latihan vokal dengan mood yang buruk. Aku ingin mengingat kenangan burukku bersama lelaki egois itu. Saat aku ditahan untuk menemaninya dan suara ketusnya. Kenapa semua itu tak hilang dari pikiranku?

"Kau mau melihatku di studio?" tiba-tiba aku mendengar suara seseorang.

Posisiku dan dirinya kini terbalik. Aku duduk di depan piano dan hampir menyentuhnya dan dia membelakangiku. Mungkin dia akan bersiap-siap berangkat ke studio raksasa di korea. Hanya saja masih disempatkan ke ruangan ini.

"Tidak. Aku akan menontonmu di tivi saja," jawabku.

"Kalau begitu. Aku berangkat dulu."

"Chakaman gidaryo," ucapku menahan langkahnya. Entah kenapa. Tapi aku ingin menahan langkahnya.

"Kau tak berhak menahanku. Aku yang punya hak menahanmu di sini," jawabnya dingin.

Lelaki itu semakin menghancurkan suasana hatiku. Dia hanya bisa bersikap baik padaku dalam waktu satu menit. Menit selanjutnya dia sudah kembali ke sifat aslinya. Aku menahannya karena ingin bertanya apakah setelah ini dia akan pindah. Menggunakan fasilitas yang diberikan YM Ent pasca debutnya. Jika dia menggunakannya kemungkinan besar akan pindah. 

Aku tak jadi bicara. Dia juga meninggalkanku dengan suasana hati yang semakin buruk. Aku benar-benar tak akan menontonnya kecuali pembawa acaranya aktor yang kusuka. 

Akhirnya aku kembali ke kamar dan melupakan banyak hal yang ingin kulakukan. Dan aku yakin sebentar lagi semua orang akan keluar untuk merayakan pesta debutnya. Ini benar-benar menyebalkan. Aku tak akan datang karena aku begitu membencinya.

***
"Ha Na, pembawa acaranya aktor pujaanmu tuh," ucap Yung Shin mengagetkanku. Tadinya aku benar-benar tak mau menontonnya. Tapi karena ini gelaran musiknya Kbs aku jadi mau tak mau menontonnya. Aktor favoritku terikat kontrak dengan channel raksasa itu. Aku bahkan hanya bisa menonton acara variety shownya di channel yang sama.

Ini debut pertamanya Lee Tae Hee, dia bahkan tak punya nama stage yang lebih bagus dari itu. Meski begitu penduduk korea tetap menantinya. Hanya karena dia berasal dari YM Ent. Sebelum debut sudah banyak sekali komentar-komentar positif tentangnya. Karena pihak agensi sering memunculkan kode-kode tentangnya, poster tubuhnya yang tegap dan berisi, kadang telanjang dada, judul lagu hitsnya tapi lebih dari itu tak ada seorang pun di luar sana yang tahu wajahnya.

Di korea banyak sekali acara musik, konser yang mendukung dan mendulang keuangan negara. Mungkin sebentar lagi Tae Hee akan mengadakan konser tunggalnya. Tinggal menunggu waktu saja. Para produser drama, reality show, talk show dan variety show akan mengundangnya. Dia tak akan memiliki waktu lagi untuk memejamkan mata.

Segera setelah mendengar kabar tentang Lee Tae Hee di channel raksasa itu, aku berlari ke ruang bawah. Di sana ada layar 36 inci yang digunakan sebagai media informasi. Selain itu juga menayangkan konser-konser dan acara TV keluaran agensi yang kunaungi sekarang. Banyak sekali yang penasaran dengan performance pertamanya. Saat ini juga aku baru tahu kalau nama stagenya adalah 'Initial L', padahal aku mengira dia masih menggunakan nama originalnya.

Aku terpukau mendengar lagunya. Lagu ballad yang diiringi piano itu membuatku tak bisa mengalihkan perhatian. Tae Hee memakai kemeja rapi saat tampil di sana. Senyumnya mengembang seolah dia puas dengan hasil kerjanya selama ini. Sementara aku memandang hampa. Entah kenapa ada rasa takut seandainya suatu saat dia akan pergi. Dia hanya lelaki yang menghiasi mimpiku, tapi aku tak ingin kehilangannya.

"Ha Na ssi, acaranya sudah selesai," ucap Yung Shin yang seketika membuatku tersadar dari lamunanku.

"Sepertinya dia akan keluar dari asrama ini," ucapnya lagi seolah Yung Shin juga tak menginginkan hal itu terjadi.

Aku merasa ada yang terlupakan tentang Lee Tae Hee, dia belum tahu namaku. Kami tak pernah berkenalan sebelumnya. Aku dan dia hanya berbicara karena insiden-insiden kecil yang tak diharapkan. Bertemu secara kebetulan seolah semua itu sudah direncanakan. Dia tak pernah menanyakan namaku dan ketika aku bertanya namanya, dia menghindari pertanyaan itu. Mungkin entah kapan kami akan berjabat tangan untuk mengenal diri masing-masing. Butuh waktu untuk memberi rasa aman sebelum sebuah nama disebutkan. Meskipun aku tahu namanya  karena karier solonya dimulai, tapi jelas berbeda ketika kita memulai sendiri perkenalan itu.

Malam semakin larut, secara tidak sadar aku menunggu Tae Hee. Sejak tadi aku menungguinya di ruang vokal. Ruang yang menghubungkanku dengan dirinya. Aku memainkan piano dengan kemampuan terburukku, meski begitu aku menikmatinya. 

"Tidak buruk untuk calon aktris sepertimu." Tae Hee tiba-tiba muncul dengan suara tepuk tangannya dan komentar tentangku.

Aku berdiri menatapnya. Entah apa yang kurasakan, tapi aku merasa ia juga memandangku. Mungkin kami saling tatap dan merasakan sesuatu yang lain. Aku segera menunduk, bahkan lensa kontaknya mampu membuatku beku dengan tatapan itu. 

"Chukkae," ucapku ingin mencairkan suasana yang kian beku di ruangan ini. 

Tak ada jawaban darinya. Akhirnya kulangkahkan kaki untuk melangkah keluar dari ruang yang semakin sempit ini. Entah hanya perasaanku saja tapi ruang belajar vokal ini membuatku sesak. Mungkin banyak hal yang berkecamuk yang kupikirkan.

Sebelum aku berjalan ke pintu. Aku merasakan tangannya memegang lenganku. Dia menahanku agar tak pergi. Tanpa bicara dan aku bertanya-tanya apa yang akan dilakukannya. Detik ini juga terjawab dia memelukku, bukan. Dia terlihat lelah dan tertidur dalam pelukanku. Entah kenapa aku menyukai semua ini.

"Tae Hee ssi, tidurlah di kamarmu." Aku berusaha membangunkannya.

"Hanya 10 menit."

Tae Hee menepati janjinya. Dia benar-benar menjauh setelah 10 menit tertidur di lenganku. Tapi entah kenapa, aku masih mengejarnya. Sepertinya masih ada yang tertinggal. Pembicaraanku belum selesai dan aku ingin menyelesaikannya.

"Kau ingin main ke kamarku, bukankah agensi kita melarang pacaran. Bagaimana kalau hubungan kita menciptakan skandal?"

Tae Hee terus berjalan sambil bertanya padaku. Sementara aku tak menjawabnya. Siapa yang ingin ke kamarnya? Aku lebih ingin menghentikannya daripada mengikutinya ke kamar. Tapi lelaki menyebalkan itu terus berjalan ke arah selatan lantai 2 dan arah itu adalah untuk area cowok dan aku sudah melewati deretan kamar cowok. Tae Hee masih belum berhenti.

"Tae Hee ssi, berhentilah!" seruku akhirnya. Lelaki itu benar-benar berhenti. Tapi tangannya memegang ujung kenop pintu di sampingnya. 

"Hamboman, aku cuma ingin bertanya. Apa kau akan pindah?" tanyaku akhirnya.

Menurut prediksiku, dia akan pindah. Mana mungkin dia tetap di sini sementara dia sudah melakukan debutnya. Tapi paling tidak aku tahu sendiri darinya. Aku tak ingin dia tiba-tiba menghilang. Kalau dia benar-benar menghilang tanpa kutahu. Aku tak akan memaafkannya.

"Datanglah ke showcase pertamaku di Insa-dong, aku tunggu," ucapnya lalu dia benar-benar membuka pintu kamarnya.

 Akhirnya aku berjalan ke kamarku tanpa semangat. Pikiranku tertuju pada lelaki itu. Dia juga tiba-tiba masuk dalam mimpiku dan sekarang seasrama denganku, bukan dia yang seasrama tapi lebih tepatnya aku yang mengikuti jejaknya. Kita sama-sama menjadi anak didik Kim Min Sook yang memiliki agensi ini. Kalau bukan karenanya, mungkin aku tak akan mengenal lelaki yang sedang menikmati debutnya kali ini. Sedangkan aku adalah perempuan yang sedang melanggar peraturan. Apakah aku mulai menyukainya? Tidak. Meskipun aku menyukainya aku tak akan bisa dengannya, dan ini terlalu dini untuk memutuskan perasaan itu.


Kami hanya bertemu secara kebetulan dan hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi nanti. Dia juga bukan lelaki terbuka yang begitu mudah menyadari dan berbicara tentang perasaannya. Dia hanya sedikit bicara padaku, tak ingin tahu tentangku. Bagaimana mungkin ini disebut melanggar peraturan. Yung Shin sudah tertidur pulas. Kulihat ada script sebuah drama di sampingnya. Dia belajar begitu keras untuk debutnya yang akan dijadwalkan 2 tahun mendatang. Mungkin aku lebih baik mempelajarinya juga agar aku bisa melupakan hari ini. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar