Kamis, 18 Juli 2013

Part 2 (Prince Charming)

Beberapa waktu yang lalu aku sudah mendiskusikan masalah kontrak 2 tahun dengan YM Ent. Kini aku juga sudah pindah ke asrama YM yang terletak di Samoeng dong, tepatnya di gangnam-gu, asrama ini memiliki puluhan kamar dan satu kamar terdapat dua peserta.

 Sedangkan aku bersama dengan peserta yang lolos sebagai juara 3.Sayup-sayup kudengar suara misterius itu lagi. Namun kali ini lebih dekat dengan jarak pendengaranku. Suara piano seimbang dengan suara khasnya. Mungkinkah dia lelaki yang akan debut untuk karier solonya? Hanya saja masih dirahasiakan namanya.

Kamarku berada di lantai 2 dan cukup dekat dengan ruang latihan vokal. Langkahku terus maju melewati koridor asrama yang bercat hijau muda. Dinding-dinding asrama banyak ditempeli idol k-pop keluaran YM Ent yang sudah berhasil di luar sana. Kemudian aku berbelok ke kanan. Di situ ada pintu yang bertuliskan 'ruang latihan vokal' entah atas dasar apa aku membukanya. Tak ada perintah. Pintu kaca itu kubuka begitu saja. Aku sudah melihat tampilan lelaki itu dari belakang. Badannya terlihat tegap, rambutnya dipotong rapi dan jaket Polo berwarna hitam itu semakin menambah maskulinnya. Dia masih menyanyi ketika aku masuk ke ruang itu. Seperti tak mendengarku. Sedangkan aku hanyut dengan suara merdunya.Beberapa menit kemudian, aku memutuskan keluar. Jariku sudah memegang kenop pintu.

"Chakaman, di sini saja," pintanya. Seketika tanganku kembali ke posisi semula.
"Aku?" tanyaku seolah belum memahami kalimatnya. Padahal di ruangan ini hanya ada aku dan dirinya.

"Ya, Dhangsin."

Aku berdiri di belakangnya. Mendengarkan suara yang kadang sengaja di fals-kan. Padahal tanpa melakukan itu suaranya sudah membuat bulu kudukku berdiri. Tapi dia tak menoleh ke arahku sama sekali. Lelaki itu sangat asik dengan pianonya.

"Apakah kau lelaki berinisial 'L' yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan oleh netizen?" tanyaku padanya.
"Aku tak menyuruhmu bicara!" jawabnya ketus.

Sialan. Ini lelaki pertama yang bertingkah sombong padaku. Apakah aku harus menunggu perintahnya kalau hanya untuk bertanya? Aku benar-benar tak mengerti jalan pikirannya. Mungkin aku harus kembali ke kamar dan tidur sambil menunggu kelas akting. Dibandingkan menemani lelaki kurang ajar yang tak kutahu wajahnya. Tapi aku harus mengurungkan niat untuk pergi. Aku ketagihan dengan suara merdunya. Apalagi nada-nada pianonya. Aku merasa terlalu lama diam di tempat sialan ini.

Akhirnya aku mencoba untuk pergi. Tapi aku ditahan lagi dengan gaya cool yang dimilikinya. Bahkan tanpa melihatku, dia bisa menahan langkahku.

"Satu langkah mundur sama dengan keluar dari asrama ini."

Lelaki itu benar-benar tak membiarkanku pergi, tak membiarkanku bicara dan menjadi patung sejak tiga jam bersamanya. Aku tahu dia senior, akan debut kurang dari dua minggu. Apalagi semua penduduk Korea menantinya. Tapi tidak perlu melakukan hal seperti ini.
 Aku tak punya pilihan lain kecuali menemaninya. Aku duduk di belakangnya sambil terus mendengarkannya. Tapi tiba-tiba aku merasa ngantuk. Mataku sulit untuk terbuka dan melihat keberadaan lelaki itu. Tanpa sadar aku juga melupakan sikap kasarnya. 

***
“Ha Na ssi, bangunlah," suara  Yun Shin membawaku ke alam sadar. Aku memang tertidur. Tapi posisiku tadi di ruang latihan vokal bersama lelaki sombong itu. Tapi saat  terbangun aku sudah di kamar.

"Lee Tae Hee yang membawamu kemari." Yung Shin menjawab tanda tanyaku. 

"Lelaki sombong dan egois itu?" tanyaku tak percaya.

"Prince Charming, Ha Na Ssi. Dia tak akan membawamu ke sini kalau dia egois. Dia benar-benar tampan."

Prince charming, tampan. Jangan sampai aku mendengar dia disebut 'kkot minam' kalau aku mendengarnya, mungkin aku akan membawakan kaca besar untuknya. Biar dia tahu bagaimana wajahnya.

Wajah? Aku bahkan hanya melihat punggungnya selama tiga jam. Ini tidak adil. Dengan membelakangiku, dia bertingkah seperti itu. Aku tak akan memaafkannya. Akan kuberi pelajaran untuknya. Kalau aku bertemu nanti.

"Jangan lupa. Kita ada kelas akting." Yung shin masih mengingatkanku lagi.Asrama ini jadi terasa menyebalkan karena perbuatan lelaki itu. Aku benar-benar tak ingin melihatnya.

Aku pergi ke kelas akting dengan tampilan biasa. Wajahku sudah cukup cantik tanpa polesan pelembab dan semacamnya. Aku hanya perlu menyisir rambutku yang kuwarnai biru cerah random. Tapi masih banyak yang berwarna hitam. Rok selutut bermotif polkadot dengan hiasan mawar merah yang kupakai hari ini cukup bagus. Karena aku ingin memakai baju warna putihku. Tak perlu lama-lama di depan kaca. Nona Seul Ha Na akan menjemput mimpi besarnya.

Saat aku berjalan di koridor yang menghubungkan tangga ke lantai satu. Seseorang tiba-tiba menepuk pundakku.

"Gomawo, untuk tiga jam yang lalu."

Shit. Aku tak berani menatap ke arahnya. Suaranya mengingatkanku akan pelukan itu. Seketika aku hanya terdiam membeku. Entah kenapa efek sapaannya menimbulkan jantungku berdetak tak beraturan. Mungkin hanya karena efek kaget.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk menoleh padanya. Seketika aku mengingat semua mimpiku yang terjadi berulang kali. Entah kenapa aku merasa wajah itu yang kuingat di alam mimpiku. Aku bahkan tak sempat melihat wajah itu. Aku hanya merasakan kecupan bibirnya yang hangat di pipiku dan melihat sedikit lesung pipi kemudian dia pergi.

"Ha Na ssi," panggilnya dan seketika membuatku tersadar dari lamunanku.
Kadang aku sedikit mengingat slide mimpi-mimpiku. Wallpaper berbagai pose itu mirip lelaki itu. Hanya di sebuah gambar tapi mudah terlupakan. Tapi ciuman dan pelukan tak bisa membuatku lupa. Kadang aku bisa merasakan hangat nafasnya.

"Kau tak pergi ke kelas akting?" tanyanya lagi. Tapi mataku tetap tertuju ke arahnya. Aku memandangnya seolah aku pengagumnya. Entah kenapa tiba-tiba tanganku bergerak ke arahnya. Menyentuh wajah ovalnya sambil mengamati lesung pipinya. Menyentuh bibir penuhnya. Sampai kurasakan hangat tangannya menyentuh tanganku yang bergerak bebas di wajahnya.
"Mian," ucapku sambil melepas tanganku dari genggamannya.

"Kau orang kedua yang bisa menyentuhku. Jangan lakukan lagi," serunya. Membuatku tersadar lagi bahwa lelaki di depanku adalah orang yang sombong dan egois. Dia benar-benar membuatku kesal. Akhirnya aku pergi ke kelas akting tanpa memandangnya lagi. Lelaki sengak, tak berperasaan dan egois sejagat raya itu membuatku ilfil. Aku tak akan menemuinya lagi.
***
"Yung Shin ssi, aku benci Lee Tae Hee," ujarku. Sedangkan Yung Shin sibuk belajar membaca skrip, meski begitu dia tetap mendengarku.

"Weo? Dia tampan dan baik hati. Dia juga mendapat julukan prince charming dari seluruh perempuan di sini." Yung Shin tak akan berhenti memujinya. Hanya karena dia tampan dan bersuara merdu.

Aku juga tak ingin membencinya. Melainkan ingin melupakan wajahnya yang kerap datang ke alam mimpiku. Aku tak tahu bagaimana menghadapi malam ini jika aku selalu bermimpi tentang orang yang ada di depan mata.

"Apakah menurutmu dia baik?" tanyaku akhirnya.

"Dia bahkan menggendongmu ke kamar agar kau tidak terbangun.”

Menggendongku? Tidak mungkin. Dia lelaki egois yang pernah kutemui. Dia bahkan memperlakukanku seperti patung. Memerintahkanku seenaknya dan tak membiarkanku bicara. Aku bahkan tak mempercayai ucapan terima kasihnya. Kini aku berharap tidak sampai dua tahun menjadi trainee di YM Ent. Tapi jika dua minggu lagi debut. Itu artinya dia akan pindah ke apartemen yang lebih mewah. Bukan di sini.Aku jadi sulit memejamkan mata. Apalagi kesalahan yang kubuat padanya sangat fatal. Mungkin dia akan mengira aku ingin menciumnya. Padahal aku sama sekali tak ingin melakukannya. Aku berharap lelaki itu tak berpikir negatif dengan apa yang kulakukan tadi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar